kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba emiten batubara dipanaskan harga komoditas


Minggu, 05 November 2017 / 21:05 WIB
Laba emiten batubara dipanaskan harga komoditas


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten telah merilis laporan keuangan yang berakhir 30 September 2017. Emiten penambang batubara mencatat kinerja fantastis sampai akhir kuartal III lalu. 

Sebut saja, laba PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 149,52% year on year (yoy), PT Bayan Resources Tbk (BYAN) naik 2.583,88%, PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga naik 203,57%.

Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani sepakat, emiten pada sektor pertambangan memang menorehkan kenaikan harga signifikan. “Kenaikan terlihat pada kinerja emiten batubara dan timah. Emas juga naik tapi tidak signifikan,” tutur Riska, Minggu (5/11).

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas memandang kenaikan laba emiten sektor pertambangan dipicu oleh harga acuan batubara yang cukup bagus di tahun 2017. “Saat ini kita menunggu hargabatu bara bisa mencapai US$ 100 per ton. Kemarin harga batubara sempat menyentuh US$ 98,60 per ton,” ujar Kevin.

Sentimen terbatasnya cadangan batubara di China, membuat permintaan batubara tinggi. Hal ini menurut Riska membuat volume penjualan emiten batubara bisa meningkat. Salah satunya tergambar pada kinerja keuangan emiten tambang batubara pelat merah PTBA.

Pendapatan PTBA hingga kuartal III-2017 naik 31,67% yoy jadi Rp 13,22 triliun. Beriringan, tercatat kenaikan laba sebesar 149,52% menjadi Rp 2,62 triliun per 30 September 2017. Pada periode sama tahun sebelumnya, PTBA hanya mencatat laba sebesar Rp 1,05 triliun.

Riska mencatat, gross margin PTBA naik dari 24% pada September 2016, menjadi 38% di September 2017. Beriringan dengan kenaikan marjin laba kotor ini, Riska juga melihat adanya kenaikan signifikan pada EBITDA perusahaan yakni dari 13% menjadi 28%.

“Dari sisi topline didorong oleh harga komoditas yang bagus, sementara di bottomline (laba) juga diiringi upaya efisiensi yang tergambar dari margin,” ujar Riska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×