kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba Dharma Satya Nusantara meroket 219%


Rabu, 23 Juli 2014 / 19:54 WIB
Laba Dharma Satya Nusantara meroket 219%
ILUSTRASI. Kapan Boruto Episode 288 Rilis? Berikut Sinopsis dan Jadwal Tayang Subtitle Indonesia


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berhasil membukukan pertumbuhan kinerja keuangan yang terbilang signifikan. Emiten perkebunan ini membukukan laba bersih Rp 367,4 miliar di semester I 2014, atau tumbuh 219,6% year-on-year (yoy). 

Djojo Boentoro, Presiden Direktur DSNG mengatakan, kenaikan laba ditopang oleh performa apik volume penjualan dan harga jual minyak sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO). Di Januari-Juni 2014, DSNG meraih kenaikan penjualan bersih 50,8% yoy menjadi Rp 2,56 triliun. 

DSNG memang berhasil menjual 192.800 ton CPO di paruh pertama tahun ini, atau tumbuh 30,6% yoy. "Harga jual rata-rata CPO juga naik dari Rp 6,47 juta per ton di 2013 menjadi Rp 8,78 juta per ton di semester I 2014," kata Djojo dalam keterangan resmi, Rabu (23/7). 

Selain meraih pertumbuhan kinerja keuangan, DSNG juga menambah luas tertanam perkebunan kelapa sawit miliknya. Di semester I 2013, DSNG telah melakukan penanaman baru seluas 3.499 hektar yang terdiri dari 2.128 ha tanaman inti dan 1.370 tanaman plasma. 

Hal ini membuat luas tertanam DSNG bertambah menjadi 74.027 ha dengan usia rata-rata tanaman sekitar 6,7 tahun. Penopang pertumbuhan kinerja keuangan DSNG tentunya bukan hanya perkebunan kelapa sawit. 

DSNG juga meraih kontribusi penjualan senilai Rp 737 miliar dari bisnis kayu. Pertumbuhan penjualan bisnis kayu memang tidak sebagus kelapa sawit. meski porsi dan pertumbuhannya tidak segemilang segmen usaha kelapa sawit.

Namun, DSNG masih menilai prospek bisnis ini masih menarik dan dapat terus berkontribusi pada laporan keuangannya. Apalagi investasi bisnis kayu terbilang lebih kecil dibandingkan sawit.  

Kendati demikian, manajemen belum bisa berharap lebih besar dari segmen usaha kayu tahun ini. Belum membaiknya kondisi ekonomi global membuat manajemen menargetkan penjualan stagnan, sama seperti pendapatan usaha kayu tahun lalu yakni Rp 1,36 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×