kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontrak Arutmin dan KPC hampir habis, ini harapan Bumi Resources (BUMI)


Kamis, 09 Juli 2020 / 21:45 WIB
Kontrak Arutmin dan KPC hampir habis, ini harapan Bumi Resources (BUMI)
ILUSTRASI. Suasana di lokasi tambang pit Bendili tambang Bintang, Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur, (27/4). Dua anak usaha Bumi Resources (BUMI) ini mengajukan perpanjangan izin dan perubahan status kepada pemerintah.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memiliki dua anak usaha yang masa kontraknya hampir habis, yakni PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC). Kontrak Arutmin Indonesia akan berakhir lebih dulu, yakni pada 1 November 2020 mendatang. Sedangkan kontrak KPC akan berakhir pada 31 Desember 2021.

Baik Arutmin dan KPC telah mengajukan perpanjangan izin dan perubahan statusnya kepada pemerintah melalui Kementerian ESDM. Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengungkapkan pihaknya masih menanti keputusan akhir dari pemerintah terkait perubahan Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) optimistis mempertahankan target produksi hingga 90 juta ton

Namun, Dileep mengatakan jika tidak ada aral melintang izin untuk Arutmin bakal keluar bulan depan atau paling tidak pada kuartal ketiga ini. “Dan kami berharap untuk izin KPC akan kami dapat di bulan Desember tahun ini atau Januari tahun depan,” ujar Dileep saat rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar di Jakarta, Kamis (9/7).

Di tengah melesunya harga komoditas batubara, BUMI masih optimistis terhadap target yang dipasang. Tahun ini, BUMI menargetkan dapat memproduksi 85 juta ton–90 juta ton batubara.

Selain itu, BUMI juga masih mempertahankan alokasi belanja modal atau capex di kisaran US$ 50 juta–US$ 60 juta. Kontan.co.id mencatat, capex ini akan digunakan  untuk pemeliharaan dan eksplorasi.

Baca Juga: APBI minta pemerintah kendalikan produksi batubara nasional agar tidak oversupply

Dileep juga mengatakan saat ini rencana gasifikasi batubara yang melibatkan BUMI masih terus bergulir. Sebagai informasi, proyek senilai US$ 2 miliar tersebut diinisiasi oleh konsorsium PT Bakrie Capital Indonesia, PT Ithaca Resources, dan Air Products. Bahan baku metanol tersebut berasal dari batubara yang dipasok dari BUMI dan Ithaca Resources.

Rencananya, proyek prestisius ini akan dimulai pada 2024 mendatang. Nantinya, BUMI akan memasok sekitar 6 juta ton hingga 6,5 juta ton per tahun untuk bahan baku metanol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×