kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja SUN ungguli obligasi korporasi di awal tahun


Jumat, 12 Januari 2018 / 19:14 WIB
Kinerja SUN ungguli obligasi korporasi di awal tahun
ILUSTRASI. Ilustrasi pasar modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja obligasi pemerintah mengungguli obligasi korporasi pada awal 2018. Akumulasi turunnya imbal hasil surat utang negara (SUN) dan aktifnya investor asing, menjadi penyebab keunggulan yang diperoleh obligasi pemerintah.

Kinerja obligasi negara yang tercermin melalui INDOBeX Government Total Return tumbuh 1,14% ke level 243,02 sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd) per Kamis (11/1). Di waktu yang sama, kinerja obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Total Return tumbuh 0,64% ke level 254,79.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra mengatakan, dalam tiga tahun terakhir kinerja obligasi negara memang lebih baik dibandingkan obligasi korporasi. Hal ini didukung banyaknya dana asing yang masuk ke SUN, sehingga berpengaruh terhadap likuiditas obligasi tersebut di pasar sekunder.

Hingga Kamis lalu, Ditjen Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat, porsi kepemilikan asing di SBN  mencapai 40,68%. “Kalau obligasi korporasi hanya 7% dana dari pihak asing,” tutur Made.

Analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar menambahkan, secara teori penurunan imbal hasil yang terjadi sejak tahun 2017, otomatis membuat obligasi negara lebih menguntungkan dibandingkan obligasi korporasi.

Pasalnya, penurunan imbal hasil akan menyebabkan harga obligasi negara menjadi naik, sehingga investor bisa mendapatkan capital gain yang lebih besar dibandingkan dari obligasi korporasi.

Obligasi korporasi lebih mengandalkan tingkat kupon yang tergolong tinggi untuk mengeruk keuntungan. Namun, keuntungan dari capital gain sulit tercapai lantaran tingkat likuiditas obligasi tersebut tidak begitu baik di pasar sekunder. “Pergerakan harganya tidak sedinamis obligasi negara,” kata Anil.

Makanya, sebagian besar investor lebih memilih menahan obligasi korporasi yang dikoleksi hingga jatuh tempo dengan harapan mendapat keuntungan dari pembayaran kupon.

Selain itu, Anil menilai, obligasi negara diuntungkan karena memiliki tenor yang lebih panjang dibandingkan obligasi korporasi. Semakin panjang tenor suatu obligasi maka peluang keuntungan yang diperoleh akan semakin besar, walaupun risiko yang ditanggung juga tidak kalah besar.

Ia menyebut rata-rata obligasi korporasi maksimal hanya bertenor 10 tahun. Hal ini beda dengan obligasi negara yang bisa bertenor lebih dari 20 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×