kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja indeks reksadana pendapatan tetap ikut lesu, apa pemicunya?


Kamis, 22 Februari 2018 / 18:30 WIB
Kinerja indeks reksadana pendapatan tetap ikut lesu, apa pemicunya?
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana Pendapatan Tetap


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya pasar obligasi membuat kinerja reksadana pendapatan tetap yang memiliki portofolio mayoritas di obligasi menjadi ikut lesu.

Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), dalam sepekan, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) masih melemah dengan penurunan 0,48%. Sementara, berdasarkan data Infovesta Utama sejak awal Februari hingga sekarang, indeks reksadana pendapatan tetap mencatatkan penurunan kinerja.

"Pada minggu kedua Februari, indeks reksadana pendapatan tetap turun 0,30% dan di minggu ketiga masih turun lagi 0,16%," kata Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, Kamis (22/2).

Salah satu penyebab pasar obligasi lesu dan kinerja reksadana pendapatan tetap jadi tertekan adalah sentimen kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini membuat investor asing melakukan antisipasi terhadap ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan menjual surat utang Indonesia.

"Karena mereka jual SUN dan melakukan profit taking, harga obligasi jadi cenderung turun," kata Wawan.

Rio Ariansyah Senior Vice President Recapital Asset Management mengatakan aksi profit taking terjadi karena aktivitas investor di pasar Surat Berharga Negara (SBN) rendah, yield US Treasury naik, dan dollar AS menguat di tengah ekspektasi membaiknya perekonomian AS.

Senada, Reza Fahmi Riawan, Head of Businees Development Division Henan Putihrai Asset Management berpendapat, penyebab utama harga obligasi turun adalah ketakutan investor akan kenaikan laju inflasi AS yang signifikan. Bila hal ini terjadi, maka bank sentral AS diprediksi akan menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat dari yang diperkirakan pasar sebelumnya. Akibatnya, harga obligasi yang diterbitkan pemerintah AS mengalami penurunan sehingga yield dari US Treasury tenor 10 tahun naik ke level 2,9%.

Selain itu, ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga AS membuat mata uang rupiah terhadap dollar AS jadi melemah dan semakin memberatkan sentimen di pasar modal dan berkontribusi pada penurunan kinerja obligasi.

Reita Farianti President Director BNI Asset Management mengatakan, bila kenaikan US Treasury tenor 10 tahun menembus level psikologis 3%, hal itu dapat memberikan efek spillover pada tren obligasi di berbagai negara. "Sedangkan dari sisi domestik, di tahun pemilu ini membuat investor global juga menjadi lebih cautious," kata Reita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×