kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja emiten big cap sesuai ekspektasi, saham-saham apa saja yang menarik?


Rabu, 24 Maret 2021 / 20:33 WIB
Kinerja emiten big cap sesuai ekspektasi, saham-saham apa saja yang menarik?
ILUSTRASI. Sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan sepanjang tahun 2020.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten berkapitalisasi pasar besar mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan sepanjang tahun 2020. Ini tercermin dari laporan keuangan beberapa emiten yang termasuk  dalam jajaran indeks LQ45.

Asal tahu saja, LQ45 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Berdasar penelusuran Kontan.co.id dari Bloomberg, 24 emiten yang tercatat dalam LQ45 sudah merilis laporan keuangan tahun 2020. Hasilnya, sebanyak 16 emiten mencetak penurunan laba bersih. Penurunan laba paling mini dicatatkan Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) sebesar 1,58% year on year (yoy). Sementara itu, laba bersih  PT PP Tbk (PTPP) melorot paling dalam hingga 84,29% yoy.

Di sisi lain,  8 emiten masih mencatatkan kenaikan laba bersih. Laba PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), misalnya, naik 16,73% yoy. Sementara itu, laba PT Bank BTN Tbk (BBTN) meroket 665,71%.

Baca Juga: Saham-saham ini banyak ditadah asing saat IHSG terkoreksi 1,54% pada Rabu (24/3)

Dilihat dari pendapatannya, sebanyak 18 emiten mencetak penurunan pendapatan antara 1,41% yoy (BBTN) sampai dengan 32,84% (PTPP). Adapun 6 emiten lainnya masih mencetak kenaikan pendapatan antara 0,12% yoy  yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) hingga yang tertinggi 10,27% yoy yakni PT Indofood CBP Tbk (ICBP).

Head of Research NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan, mayoritas kinerja yang lesu secara garis besar sudah sesuai dengan ekspektasinya. Ia tidak terkejut, mengingat kinerja emiten berkapitalisasi jumbo juga tidak lepas dari tekanan pandemi Covid-19.

Anggaraksa mencermati, dari sisi top line, emiten yang masih mencetak pertumbuhan pendapatan, sahamnya yang tergolong defensif. Artinya, di masa pendemi produk maupun jasanya masih dibutuhkan. Sehingga, peningkatan pendapatan yang dialami di tengah pandemi Covod-19 bukanlah hal yang mengejutkan.

Kondisi yang sesuai ekspektasi juga terjadi dari sisi bottom line-nya. Beberapa emiten mencatat lonjakan laba berish meski pendapatan turun.

Misalnya saja, BBTN  yang labanya meroket 665,75% yoy dan ANTM yang melambung 492,90% yoy.

"Ini karena, pertama, lebih banyak terdongkrak efisensi biaya. Kedua, laba tahun sebelumnya juga rendah, sehingga secara persentasi jadi terlihat besar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3). Asal tahu saja, pendapatan BBTN dan ANTM terkikis masing-masing 1,41% yoy dan 16,34% yoy di tahun lalu.

Dampak ke saham terbatas

Anggaraksa menyebutkan, kinerja tahun 2020 yang lesu hanya berdampak terbatas ke pergerakan harga saham emiten bersangkutan, termasuk ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurutnya, pelaku pasar akan lebih mencermati prospek ke depan dari masing-masing saham.

Adapun beberapa saham yang memiliki prospek ke depan seperti saham big four banks (BBRI, BMRI, BBCA dan BBNI). Saham-saham ini menarik seiring adanya vaksinasi dan pulihnya kondisi ekonomi. Asal tahu saja, saham-saham sektor perbankan cukup sensitif terhadap sentimen tersebut.

Anggaraksa juga melihat saham semen (INTP dan SMGR) juga atraktif. Selain dari sisi harga yang cukup terdiskon, emiten semen akan terimbas proyek-proyak infrastuktur yang akan dijalankan di tahun 2021 setelah sempat tertunda di tahun sebelumnya. Di sisi lain, emiten semen juga terpengaruh sektor properti yang akan terdorong insentif pemerintah.

Sementara untuk saham TLKM, Anggaraksa melihat, permintaan akan paket data internet masih akan ada ke depan. Di samping itu, TLKM terdongkrak beberapa rencana korporasi yang diharapkan bisa mengangkat nilai perusahaan. Misalnya, kabar mengenai rencana IPO PT Dayamitra Telekomunikasi atawa Mitratel. anak usaha TLKM.

Melihat masih adanya propsek dari saham-saham berkapitalisasi pasar besar ke depan,  Anggaraksa merasa belum perlu mengubah target IHSG sepanjang tahun 2021 yakni di level 6.800.

Selanjutnya: Simak sentimen yang menyeret pelemahan IHSG ke 6.156 pada Rabu (24/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×