kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja emiten ini mengkeret jika harga BBM naik


Rabu, 22 Oktober 2014 / 06:30 WIB
Kinerja emiten ini mengkeret jika harga BBM naik
ILUSTRASI. BMRI dan TLKM Terbesar, Cek Saham yang Banyak Dijuasl Asing pada Selasa (9/5)


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Langkah kaki PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) masih berat. Rapor kinerja BDMN masih muram. Hingga kuartal III-2014, pertumbuhan kredit BDMN hanya tumbuh 7% year on year (yoy) menjadi Rp 136,68 triliun. Akibatnya, laba bersih turun 30% jadi Rp 2,1 triliun.

Kredit yang seret ini disebabkan segmen kredit mikro Danamon Simpan Pinjam (DSP) stagnan Rp 19,7 triliun. Kinerja kredit BDMN tertopang kredit komersial yang tumbuh 15% menjadi Rp 17 triliun per September 2014. Sementara itu, kredit segmen usaha kecil dan menengah (UKM), naik 11% menjadi Rp 22,5 triliun. Selain kredit, pemicu penyusutan laba adalah kenaikan beban operasional menjadi Rp 7,41 triliun.

Kinerja BDMN ini masih berada di bawah harapan. Tjandra Lienandjaja, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset (17/10) mengatakan, laba bersih BDMN hanya mencapai 63% dari target konsensus di akhir tahun. Menurut dia, pertumbuhan kredit yang rendah, pendapatan non-interest rendah, dan biaya provisi yang tinggi menjadi pangkal permasalahan kinerja BDMN yang mengkeret.

Andy Wibowo Gunawan, Analis Sucorinvest Central Gani mengatakan, BDMN tengah dalam posisi sulit. Pasalnya, ketatnya likuiditas dan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bakal berdampak signifikan untuk kinerja BDMN. Maklum segmen mass market, terutama segmen kredit mikro menjadi tulang punggung BDMN sensitif terhadap kondisi bunga tinggi.

Menurut Andy, perlambatan kinerja BDMN masih terus terjadi diikuti perlambatan kredit dan estimasi naiknya BI rate di tahun depan. "BDMN harus lebih banyak efisiensi," tulis dia dalam riset (20/10).

Analis Indo Premier Securities Stephan Hasjim juga mengkhawatirkan kinerja BDMN yang turun dalam di sembilan bulan pertama tahun ini. Kredit BDMN lebih lambat dari pertumbuhan kredit industri sebesar 15%.

Namun, BDMN dapat membukukan margin yang lebih baik 8,3% pada kuartal III-2014 dibandingkan kuartal II-2014 8,1%. Tapi secara kumulatif, NIM BDMN turun jika dibandingkan kuartal III 2013 sebesar 9,4%. "NIM diprediksi akan membaik pada kuartal IV-2014 karena pembatasan bunga deposito OJK," tulis Tjandra. BDMN lebih bergantung pada deposito untuk pendanaan, dengan berporsi 58% dari total dana pihak ketiga (DPK).

Tjandra tak yakin BDMN bisa mencapai target laba bersih Rp 3 triliun pada tahun depan. Andy juga mengatakan, pemerintah yang ingin menaikkan harga subsidi BBM akan membuat Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan 25-50 basis poin untuk mengantisipasi inflasi. Sehingga berdampak pada pembiayaan kendaraan roda empat melalui Adira Finance.

Andy memprediksikan laba bersih BDMN di akhir tahun hanya Rp 3,4 triliun. Di tahun depan, laba BDMN menjadi Rp 2,9 triliun. Sementara NIM di 2014 dan 2015 diprediksi sebesar 8,6%.

Tjandra menurunkan target harga BDMN menjadi Rp 4.200 dari Rp 4.500. Harga itu berdasarkan valuasi harga terhadap nilai buku (PBV) 2015 sebesar 1,1 kali. Dia merekomendasikan netral untuk BDMN.

Sementara Andy memberi target di Rp 3.770 per saham dengan rekomendasi hold. Stephan juga merekomendasikan hold di Rp 4.100. Selasa (21/10), saham BDMN stagnan di Rp 4.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×