kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kena kasus, saham Garuda Indonesia turun 2,41%


Minggu, 08 Desember 2019 / 20:58 WIB
Kena kasus, saham Garuda Indonesia turun 2,41%
ILUSTRASI. Pesawat terbaru Garuda Indonesia A330-900 Neo saat peluncuran di hanggar 2 GMF Aero Asia, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (27/11/2019).


Reporter: Kenia Intan | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pencopotan Direktur Utama PT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mempengaruhi harga saham perusahaan  berkode emiten GIAA itu. Pada perdangan Jumat (6/12), saham GIAA turun 2,42% atau 12 poin ke level 484. Adapun selama sepekan ini saham GIIA juga cenderung terkoreksi 2,42%. 

Penurunan saham ini tidak lepas dari berbagai sentimen negatif yang membayangi perusahaan penerbangan plat merah itu. Salah satunya kasus penyelundupan Harley Davidson yang dilakukan direksi Garuda Indonesia. Berdasar data yang dihimpun Kontan, negara berpotensi mengalami kerugian hingga Rp 1,5 miliar dengan adanya penyelundupan ini. 

Baca Juga: Dewan komisaris Garuda Indonesia tetapkan Fuad Rizal sebagai Plt Direktur Utama GIAA  

Kasus ini yang kemudian membuat Menteri Bahan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi mencopot Ari Askhara dari jabatannya Direktur Utama PT Garuda Indonesia (persero) Tbk., Kamis (5/12).

Walaupun dibayangi sentimen negatif, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan melihat pasar masih menaruh kepercayaan terhadap GIAA. Hal ini terlihat dari performa GIAA yang secara year to date (ytd) masih menghijau. Berdasar RTI business,  saham GIAA menguat 62,42% ytd. 

" Saya melihat pasar sudah bisa memisahkan case non-fundamental, khususnya lebih kepada personal," katanya ketika ditemui Kontan.co.id, Jumat (8/12).  

Asal tahu saja, berdasar penelusuran Kontan.co.id, GIAA diselemiuti beberapa isu tidak sedap di masa jabatan Ari Askhara, seperti  Dugaan duopoli Garuda Indonesia dan Lion Air, rangkap jabatan direktur Garuda Indonesia, diduga monopoli umroh, kasus laporan keuangan Garuda, beredar kabar pemogokan karyawan, berseteru dengan Youtuber Rius Vernandes, hingga peringkat Garuda Indonesia di dunia turun di posisi 11 dari sebelumnya posisi tujuh.

Pasar masih melihat faktor fundamental perusahaan. Hal ini terlihat dari kasus-kasus yang menerpa GIAA dalam jangka waktu setahun, akan tetapi sahamnya masih bisa bertahan di harga RP 484. Alfred menilai kenaikan harga tiket ternyata itu yang mampu membuat pendapatan GIAA cukup stabil, sementara dari sisi efisiensi operasionalnya juga berjalan dengan baik. 

Baca Juga: Garuda geger, ini 5 kasus mencengangkan di maskapai ini

Kasus personal ini tidak mengganggu sisi operasional secara signifikan. Justru, lanjut Alfred, pasar akan melihat adanya perbaikan dan perubahan di BUMN, khususnya di Garuda Indonesia. Apalagi setelah ini akan ada pergantian direksi melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di bulan Desember.

" Kalau kami lihat ini trader aja sih yang kebih meninggalkan pasar. Mungkin memanfaatkan sentimen itu," tambahnya. Trader memanfaatkan sentimen negatif untuk lepas saham, begitu  harga menurun maka akan membeli sahamnya lagi. 

Ke depan Alfred melihat fundamental masih baik. Masyarakat sudah beradaptasi terhadap harga tiket. Di sisi lain, avtur cenderung tidak mengalami kenaikan di tahun depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×