kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,44   -19,08   -2.04%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jatah dividen asing membayangi rupiah


Jumat, 01 Juni 2012 / 07:08 WIB
Jatah dividen asing membayangi rupiah
ILUSTRASI. Pengunjung mengenakan masker saat berada di Tunjungan Plaza, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/4/2020). Surya/Ahmad Zaimul Haq


Reporter: Sandy B., M. Khairul, Marantina Napitu |

JAKARTA. Nilai tukar rupiah diyakini belum bisa melompat kuat dalam waktu cepat. Selain ancaman krisis Eropa, permintaan the greenback, bakal naik seiring aksi pembagian dividen oleh emiten di Bursa Efek Indonesia.

Seperti diketahui, investor asing mendominasi kepemilikan saham di BEI. Mengacu ke data Kustodian Sentral Efek Indonesia, per akhir April 2012, kepemilikan asing di BEI setara 58,38% total nilai kepemilikan saham yang mencapai Rp 2.383 triliun.

Selama Mei hingga Agustus nanti, emiten di BEI mengguyur dividen triliunan rupiah. Ambil contoh, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang membagi dividen cukup besar. Kedua perusahaan itu dikuasai pemodal asing (lihat tabel). Jika investor asing mencairkan keuntungan itu ke dollar AS dan membawanya ke negara asal, maka rupiah berpotensi tertekan.

Namun, sejumlah ekonom dan analis berpendapat, efek pembagian dividen tidak sedahsyat imbas krisis Eropa terhadap pergerakan rupiah. Analis senior Harvest International Futures, Tonny Mariano Soe menilai, laju rupiah bisa saja tertekan apabila keuntungan itu dikonversi ke dollar AS. "Tapi efeknya tak terlalu signifikan," ujar dia.

Ia menilai, permintaan dollar AS dari eksportir dan importir yang bisa meningkat, jika mereka menilai, rupiah semakin loyo.

Kepala Riset Tresuri Bank BNI, Nurul Nurbaeti, menambahkan, saat ini kebutuhan dollar AS memang meningkat. Sejumlah korporasi akan memenuhi kewajibannya dalam bentuk valuta asing.

Ekonom Bank Central Asia, David Sumual, juga berpendapat bahwa dividen bukan menjadi alasan utama rupiah melemah. Merosotnya rupiah lebih didominasi sentimen luar. “Semua mata uang di dunia melemah terhadap dollar AS. Semua orang balik ke safe currency,” kata dia.

Toh, Bank Indonesia siap mengintervensi pasar apabila rupiah menyentuh Rp 9.450 per dollar AS. Dus, pelaku pasar menilai posisi itu menjadi batas psikologis bagi nilai tukar rupiah.

Tonny memprediksi, pasangan USD/IDR selama Juni ini berkisar 9.500, dengan rentang support 9.000 dan resistance 10.000. "Range melebar mengantisipasi perkembangan politik Yunani dan kondisi perbankan Spanyol.

Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati data inflasi dan ekspor impor Indonesia. Nurul menebak USD/IDR hari ini 9.350-9.575 dan hitungan David di level 9.400-9.500. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×