kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Isu BBM picu penarikan reksadana


Selasa, 27 Maret 2012 / 08:15 WIB
ILUSTRASI. Fregat berpeluru kendali Changzhou dan kapal perusak berpeluru kendali Jinan di bawah Komando Teater Timur PLA China, membentuk formasi di Laut China Timur selama latihan maritim pada 20 Januari 2021. Dok: eng.chinamil.com.cn/foto oleh Fang Sihang


Reporter: Albertus M. Prestianta, Wahyu Satriani | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana campuran anjlok hingga Rp 11,93 triliun, sepanjang bulan ini. Mengutip data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), NAB reksadana campuran per 29 Februari 2012 mencapai Rp 33,48 triliun. Namun, pada 22 Maret 2012, nilainya merosot menjadi Rp 21,55 triliun.

Antisipasi investor terhadap kepastian kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi diperkirakan menjadi salah satu faktor utama penggoyang NAB. "Sentimen BBM berpengaruh cukup besar terhadap pasar saham maupun obligasi," ungkap Hermawan Hosein, Direktur Sinarmas Sekuritas, Senin (26/3).

Di Sinarmas Sekuritas, arus penjualan reksadana alias redemption cukup deras selama bulan ini. "Nilai redemption reksadana campuran mencapai Rp 80 miliar," jelasnya.

Namun, karena nilai pembelian atau subscription juga cukup besar, Hermawan mengklaim, dana kelolaan reksadana campuran Sinarmas masih stabil di kisaran Rp 500 miliar.

Namun, tidak semua manajer investasi mengalami tren redemption. Salah satunya, Samuel Aset Manajemen. "Dua produk reksadana campuran kami membukukan return year to date bagus, yaitu 8,2% dan 10,9%," ujar Agus B. Yanuar, Presiden Direktur Samuel Aset Manajemen.

Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama, menuturkan, ada dua faktor yang bisa mempengaruhi penurunan NAB produk reksadana, yaitu aksi penjualan unit penyertaan dan penurunan nilai aset dasar reksadana tersebut.

Selama rentang sama, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,4%. Adapun, indeks harga Surat Utang Negara (SUN) tergerus 1,33%. Namun, return reksadana campuran, merujuk Infovesta Balanced Fund Index, masih tumbuh 0,96%.

Mengamati data tersebut, Edbert menilai, penyebab utama anjloknya NAB reksadana campuran lebih banyak akibat aksi penjualan unit penyertaan. "Redemption itu hal yang wajar, investor mungkin menjual reksadana untuk merealisasikan keuntungan sementara," imbuh Hermawan.

Prospek masih positif

Ancaman inflasi akibat kebijakan harga BBM mendorong banyak investor, terutama pemodal institusi, melakukan antisipasi. Mereka melakukan penataan ulang portofolio investasi sembari menanti kepastian kebijakan BBM tersebut. "Redemption ini hanya sementara, setelah kepastian BBM ada, situasi akan kembali normal," tandas Hermawan hakul yakin.

Menilik kinerja sejak akhir tahun lalu hingga 22 Maret lalu, rata-rata produk reksadana campuran membukukan imbal hasil 4,84%. Capaian return ini masih di bawah return IHSG yang mencapai 5,61% di periode sama.

Selain redemption, kinerja pasar SUN yang tertekan isu inflasi juga menjadi penyebab kurang optimalnya return reksadana campuran. Utamanya, kinerja produk reksadana campuran yang mayoritas penempatan dananya di obligasi negara.

Beberapa produk reksadana campuran tercatat mampu membukukan imbal hasil tinggi. Misalnya, Kresna Ultima Flexi dengan return 16,93%, lalu Kresna Optimus sebesar 14,05%, dan Simas satu mencapai 11,62%.

Suryandi Jahja, Fund Manager Kresna Graha Sekurindo, mengatakan, Kresna aktif meracik portofolio. "Ketika pasar obligasi tertekan akibat ekspektasi inflasi, maka kami mengurangi kepemilikan obligasi," ujar Suryandi.

Para manajer investasi optimistis, imbal hasil reksadana campuran masih mampu mendaki. "Return berpotensi naik di atas 12% tahun ini," kata Suryandi.

Dia memprediksi, IHSG bakal menembus 4.350 tahun ini dengan asumsi situasi perekonomian Indonesia kondusif. Hermawan juga melontarkan optimisme senada. Imbal hasil reksadana campuran Sinarmas bisa kinclong terdorong kinerja saham yang menjadi mayoritas aset dasar reksadana campurannya. Utamanya, saham sektor pertambangan dan properti. "Return reksadana campuran tahun ini kami perkirakan bisa mencapai 15%-20%," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×