kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini saham yang bikin tiga sektor jeblok


Selasa, 07 November 2017 / 16:05 WIB
Ini saham yang bikin tiga sektor jeblok


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor baru pada bulan ini. Di tengah rekor, ada tiga sektor yang masih turun sejak awal tahun. Ketiga sektor ini adalah sektor perkebunan yang turun 4,97% secara year to date (ytd), sektor properti yang turun 1,29%, dan sektor aneka industri 0,51%.

Mengapa ketiga sektor ini turun? Apakah karena tahun lalu ketiga sektor sudah naik tinggi?

Tidak. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, sektor properti dan konstruksi naik 18,17%, sektor aneka industri naik 8,43% dan sektor perkebunan naik 5,47%.

Kenaikan ketiga sektor ini masih lebih rendah ketimbang sektor perdagangan sebesar 70,73%, sektor konsumer 31,96%, dan sektor keuangan 29,64%.

Perkebunan

Sektor perkebunan yang sebagian besar berisi emiten sawit tentu tergantung pada pergerakan harga crude palm oil (CPO). Berdasarkan data Bloomberg, harga rata-rata CPO sepanjang tahun ini berada di RM 2.663 per ton. Harga ini hanya naik 3,46% ketimbang harga rata-rata tahun lalu RM 2.574 per ton.

Harga CPO mulai melonjak pada kuartal empat 2016. Tahun lalu, harga CPO melonjak hingga lebih dari 21%. Sedangkan tahun ini kenaikan harga CPO lebih landai. Harga CPO bahkan sempat terkoreksi pada kuartal kedua.

Saham dengan bobot paling besar di sektor ini adalah saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Emiten kebun grup Astra ini memiliki bobot 25,11% pada indeks perkebunan. Harga saham AALI turun 12,52% sepanjang tahun ini.

Dari 10 besar saham dengan bobot terbesar di sektor perkebunan, enam di antaranya mencatat penurunan harga. Bahkan, lima saham turun hingga dobel digit (lihat tabel).

Saham Bobot (%) % ytd
AALI 25,11 -12,52
SSMS 12,77    7,50
SMAR 10,27   -8,05
LSIP 9,42 -10,34
SIMP 7,35    5,26
BWPT 6,99 -10,95
TBLA 6,64  41,41
DSNG 4,45 -16,36
BISI 4,42 -11,32
SGRO 4,26  32,46
sumber: Bloomberg    

Frederick Daniel Tanggela, analis Indo Premier Sekuritas dalam riset 1 November 2017 menyebut, laba AALI hingga kuartal ketiga berada di bawah ekspektasi. AALI mencetak laba Rp 1,41 triliun, tumbuh 22,79% ketimbang periode yang sama tahun lalu. "Laba ini baru 64% dari proyeksi laba dari kami sepanjang 2017," ungkap Frederik dalam riset.

Dia menambahkan, harga jual rata-rata CPO AALI dalam sembilan bulan pertama tahun ini sebesar Rp 8.309 per kilogram, sedikit lebih rendah ketimbang prediksi Indo Premier pada Rp 8.390 per kilogram.

Frederick mengatakan, sektor CPO tahun depan akan lebih baik dengan mulai tampaknya potensi La Nina. "Kami belum menghitung potensi La Nina dalam prediksi dan memperkirakan pertumbuhan volume penjualan AALI tahun depan 4% dengan harga jual rata-rata flat," ungkap dia.

Indo Premier masih merekomendasikan buy saham AALI dengan target harga Rp 19.000 per saham.

Satu lagi saham penyumbang bobot besar di sektor kebun adalah PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Emiten grup Salim ini mencatakan pertumbuhan pendapatan 36,6% hingga akhir September. Pertumbuhan pendapatan ini terjadi di tengah penurunan harga jual rata-rata CPO.

Fransisca Putri, analis Kresna Securities dalam riset 1 November mengungkapkan, harga jual rata-rata LSIP melorot 9,4% pada sembilan bulan pertama tahun ini. Artinya, pertumbuhan pendapatan LSIP berasal dari pertumbuhan volume. Fransisca masih merekomendasikan buy LSIP dengan target harga 12 bulan pada Rp 1.810 per saham.

Dua saham sektor kebun yang masih mencetak pertumbuhan harga adalah PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang naik 7,5% dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yang harga sahamnya melonjak 41,41%.

Kinerja keuangan dua emiten ini masih oke hingga akhir semester pertama. Kedua emiten masih mengaudit laporan keuangan akhir kuartal ketiga.

SSMS mencatat pertumbuhan pendapatan 36,49% menjadi Rp 1,56 triliun dengan laba bersih tumbuh 95% menjadi Rp 355 miliar. TBLA mencatatkan pertumbuhan penjualan 45,72% menjadi Rp 4,24 triliun dan laba 61,95% menjadi Rp 501,72 miliar.

Asal tahu, selain menggarap bisnis CPO, TBLA juga memiliki bisnis gula yang kontribusi pendapatannya mulai naik. Pada semester satu tahun ini, porsi pendapatan bisnis gula TBLA sebesar 34,09% dari pendapatan, naik ketimbang porsi semester satu tahun lalu 29,88%.

Bersambung ke sektor properti (2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×