kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini faktor yang jadi penentu ramainya lelang Sukuk pada Selasa (6/4)


Minggu, 04 April 2021 / 14:44 WIB
Ini faktor yang jadi penentu ramainya lelang Sukuk pada Selasa (6/4)
ILUSTRASI. Lelang Sukuk pada Selasa (6/4) masih bergantung pada pergerakan yield US Treasury


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Selasa (6/4). Pada lelang kali ini, pemerintah mematok target indikatif sebesar Rp 10 triliun.

Pada lelang SBSN yang digelar Selasa (23/4), jumlah penawaran yang masuk hanya Rp 17,4 triliun. Ini sekaligus menjadi jumlah penawaran yang terendah sepanjang tahun ini. 

Asal tahu saja, sejak awal tahun, jumlah penawaran yang masuk untuk lelang Sukuk terus mengalami penurunan.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan, bukan tidak mungkin, kondisi tersebut akan kembali berlanjut pada lelang SBSN yang digelar pekan ini. Pasalnya, sejauh ini kondisi pasar belum mengalami perbaikan. Risiko yang sama pada pekan lalu, masih tetap menekan dan membayangi pasar obligasi.

“Yield US Treasury yang masih cenderung berada dalam tren kenaikan masih menjadi risiko utama di pasar saat ini. Apalagi, nilai tukar rupiah juga terus bergejolak dalam beberapa hari terakhir. Ini semakin menekan kepercayaan para investor terhadap obligasi Indonesia,” terang Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/4).

Apalagi, Presiden AS Joe Biden baru saja mengeluarkan stimulus infrastruktur senilai US$ 2 triliun sebagai langkah lanjutan pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). 

Fikri melihat ini akan semakin menebalkan ekspektasi pelaku pasar akan kenaikan inflasi di AS. Dus, yield US Treasury berpotensi kembali naik lagi dan menekan yield SBN.

Baca Juga: Pemerintah akan melelang enam seri sukuk pada Selasa (6/4) pekan depan, ini daftarnya

Ia menilai, hal ini tidak hanya akan membatasi jumlah penawaran yang masuk, namun juga akan membuat para investor meminta yield yang lebih tinggi. Hal ini pada akhirnya akan membuat jumlah dana yang diserap pemerintah pun berkurang dan membuat pemerintah harus kembali menggelar lelang greenshoe option.

“Jika (greenshoe option) terus dilakukan, sebenarnya bisa memberi dampak negatif. Penerimaan yang sedikit, akan membuat penyerapan juga sedikit. Risikonya, rencana pengeluaran pemerintah bisa terhambat, apalagi dividen dari BUMN maupun penerimaan pajak juga belum maksimal,” tambah Fikri.

Kondisi ini disebut bisa membuat pemerintah harus menuruti sebagian permintaan yield dari peserta yang relatif tinggi. Pada akhirnya, cost of fund bisa membengkak. Walau demikian, Fikri menyebut, kebijakan burden sharing bisa meringankan beban dari pemerintah.

Pada lelang SBSN yang digelar Selasa (6/4), Fikri meyakini seri menengah-panjang cenderung akan lebih diburu para peserta untuk memaksimalkan yield. Namun, ia melihat jumlah yang diserap mungkin tidak akan besar, mengingat yield yang diminta juga akan lebih tinggi.

Selanjutnya: Pemerintah menyerap Rp 300,75 triliun dari lelang SBN dan SBSN pada kuartal I-2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×