kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dia pilihan investasi valas non dollar AS yang menarik


Selasa, 10 Juli 2018 / 09:32 WIB
Ini dia pilihan investasi valas non dollar AS yang menarik
ILUSTRASI. Petugas Merapikan Mata Uang Rupiah


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap banyak mata uang asing. Anda tentu sudah tahu kurs rupiah sempat mencapai Rp 14.460 per dollar Amerika Serikat (AS) pekan lalu.

Rupiah juga melemah terhadap dollar Singapura. Kemarin, kurs spot rupiah terhadap dollar Singapura mencapai Rp 10.581,95. Tahun ini, kurs dollar Singapura bahkan sempat mencapai Rp 10.600,80 (23/5), yang merupakan rekor tertinggi dollar Singapura.

Sepanjang tahun ini, kurs rupiah melemah lumayan dibanding mata uang utama dunia. Rupiah melemah 4,11% sejak awal tahun terhadap dollar Singapura.

Sementara terhadap euro, rupiah melemah 3,03%. Rupiah bahkan melemah 7,48% terhadap yen Jepang. Tapi rupiah cenderung stabil terhadap dollar Australia.

Volatilitas rupiah terhadap beberapa mata uang non dollar AS tersebut membuka peluang investasi. Mana yang paling menarik?

Di tengah tensi perang dagang, analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menyarankan investor berinvestasi ke valas dari negara yang tidak mengandalkan ekspor komoditas ke China dan ekonominya stabil.

Andri menilai dollar Singapura bisa jadi pilihan tepat. "Tren penguatan dollar Singapura stabil, selain itu ekonominya relatif lebih stabil," kata Andri, beberapa waktu lalu.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim juga merekomendasikan investor berinvestasi di SGD. Alasannya, fluktuasi mata uang ini lebih rendah ketimbang dollar AS.

Yen juga bisa dikoleksi sebagai aset safe haven. Sentimen perang dagang membuat nilai tukar mata uang ini terhadap rupiah masih berpotensi naik, meski sudah naik lumayan sejak awal tahun.

Namun, Ibrahim mengingatkan pemerintah Jepang berpotensi menggelontorkan stimulus, sehingga bisa membuat mata uang negara ini melemah. "Saat ini yen menguat karena sentimen perang dagang yang menjadikan yen sebagai aset safe haven," terang dia.

Ibrahim juga menilai mata uang euro menarik untuk investasi. Cuma, ia menilai kenaikan euro yang mencapai 3% tahun ini sudah tinggi. "Euro sudah terlalu mahal," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×