kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri telekomunikasi didorong konsolidasi lagi


Sabtu, 13 Januari 2018 / 09:42 WIB
Industri telekomunikasi didorong konsolidasi lagi
ILUSTRASI. Paket Kartu Perdana Ramadhan Indosat


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menilai jumlah operator telekomunikasi Tanah Air masih terlalu banyak. Dampaknya, tidak semua operator bisa mendapatkan jatah frekuensi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan bisnis korporasi telekomunikasi.

Akibat selanjutnya, konsumen tak menikmati pelayanan yang maksimal lantaran persaingan sengit bahkan mengarah ke persaingan usaha tidak sehat. Atas dasar itulah, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mendorong konsolidasi operator seluler baik melalui merger maupun akuisisi agar jumlah operator di Indonesia menjadi ideal, yakni sekitar tiga operator saja.

Memang, wacana merger operator telepon muncul ketika pembahasan penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perusahaan, tahun 2014. "Tapi, berhenti dan belum dibahas lagi," ujar I Ketut Prihadi Kresna, Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) kepada KONTAN, Jumat (12/1).

Kini, isu merger mencuat kembali. Rumor yang beredar, Indosat Ooredoo (ISAT), Smartfren Telecom (FREN), dan Hutchison 3 Indonesia (Tri). Kabar yang berembus, sebagai tahap awal, Hutchison 3 dengan FREN dilebur, dan hasil penggabungan digabung lagi dengan Indosat.

Kalau ini jadi, operator besar yang menjadi pemain utama adalah Telekomunikasi Indonesia (Telkom), XL Axiata, dan perusahaan hasil merger ISAT. Saat ini, Telkom menjadi pemimpin pasar dengan total pelanggan sekitar 170 jutaan (lihat tabel).

Total pelanggan operator telko (dalam juta)

Tahun Telkomsel Indosat XL SmartFren Tri
2014 140,59 63,2 59,64 11,93 50,16
2015 152,64 69,7 41,9 11,03 55,4
2016 173,92 85,7 46,5 11,07 56,8

Sumber: laporan publikasi perusahaan

Membantah rumor

Namun, Prihadi menyatakan tak tahu menahu ihwal kabar konsolidasi tiga operator dan skemanya. "Yang saya tahu, permohonan (merger) itu belum ada," akunya.

Meskipun demikian, kata Prihadi, BRTI berjanji fokus menuntaskan rancangan peraturan. Sebab, persaingan di industri telekomunikasi memang semakin ketat.

Pada saat pembahasan aturan, BRTI akan memasukkan ketentuan mengenai penggabungan dua atau lebih perusahaan, peleburan, pengambilalihan. Beleid ini juga akan mengatur sumber daya spektrum frekuensi radio dan penomoran.

M Danny Buldansyah, Wakil Direktur Hutchison Tri Indonesia membantah kabar merger itu. "Belum ada tuh arah ke sana. Kalau ada yang dijual, kami mau," katanya menjawab KONTAN, Jumat (12/1).

Bagi Danny, aturan konsolidasi bukan memaksa perusahaan untuk merger, melainkan memberikan kepastian hukum. Artinya, konsolidasi bisa dilakukan dan jelas hak serta kewajibannya. Jika ada operator merger, Danny melihat hal tersebut menguntungkan bagi pelaku di bisnis telekomunikasi.

Ada beberapa hal yang bakal dipertimbangkan oleh Hutchinson Tri jika akan melakukan merger. Yakni perusahaan yang diincar punya prospek bisnis baik. Ini bisa dilihat dari aset, pelanggan, branding, dan manajemen.

Presiden Direktur Indosat Ooredoo, Joy Wahjudi juga menyangkal isu merger ISAT, FREN dan Tri. Ia menegaskan sejauh ini belum ada pembicaraan soal merger tersebut. "Belum. Setahu saya, ketemu juga belum," jelasnya.

Joy menyatakan tidak bisa berbicara lebih jauh soal merger karena hanya sebatas rumor. "Itu memang satu wacana untuk memperbaiki industri telekomunikasi tapi keputusan tergantung pemegang saham," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×