kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,01   -11,51   -1.23%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indosat menargetkan bisnis data tumbuh 10%


Rabu, 31 Januari 2018 / 08:15 WIB
Indosat menargetkan bisnis data tumbuh 10%


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) memprediksi pendapatan data pada tahun ini tumbuh 10%. Proyeksi itu sejalan dengan tren penggunaan layanan data telekomunikasi yang terus meningkat.

Optimisme pertumbuhan pendapatan data ini juga ditopang oleh penetrasi jaringan telekomunikasi yang mendukung koneksi internet. Secara historis, ISAT memang mencatatkan tren kenaikan pendapatan data. 

Di akhir 2016, ISAT meraih pendapatan data Rp 10,31 triliun. Ini setara 35,33% pendapatan konsolidasi ISAT. Pada 2015, pendapatan data mencapai Rp 7,03 triliun, atau 26,26% pendapatan konsolidasi. 

Sedangkan pada 2014, pendapatan data ISAT baru 18,61% dari pendapatan konsolidasi, atau Rp 4,48 triliun. Pada 2015 dan 2014, pendapatan seluler masih mendominasi. Namun mulai 2016 hingga kini, pendapatan data mulai menjadi andalan ISAT. 

ISAT optimistis pendapatan data bisa menjadi tulang punggung perusahaan. Pendapatan data masih mendominasi dan kian membesar. "Pendapatan data diperkirakan menjadi 60% dari total pendapatan," kata Joy Wahjudi, Direktur Utama ISAT kepada Kontan.co.id, kemarin.

Proyeksi pendapatan ini setara dengan pertumbuhan 10% year-on-year (yoy). Hal ini mempertimbangkan kinerja di tahun sebelumnya. Hingga kuartal III-2017, pendapatan data ISAT mencapai Rp 10,48 triliun. Ini setara 46,44% total pendapatan.  

Saat ini persaingan bisnis telekomunikasi cukup ketat. Banyak provider telekomunikasi menyediakan paket layanan data dengan tarif bersaing. "Bagi ISAT, selama persaingan bisnis sehat, hal ini tak akan menggerus pendapatan dan laba bersihnya," ujar Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji, Selasa (30/1).

Secara valuasi, ISAT memiliki price earning ratio (PER) sebesar 20,80 kali. Ini dinilai lumayan mahal. Nafan bilang, bila emiten memiliki PER di bawah 15 kali, bisa untuk investasi jangka panjang. "PER sebesar 20 kali tidak terlalu mahal, namun juga tidak terlalu murah," ungkap dia. Harga ISAT kemarin turun 3% menjadi Rp 5.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×