kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indosat harus kerja keras untuk bersaing dengan Telkom dan XL


Rabu, 05 Desember 2018 / 21:07 WIB
Indosat harus kerja keras untuk bersaing dengan Telkom dan XL
ILUSTRASI. Peluncuran paket data IM3 Ooredoo


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) masih harus bekerja keras untuk dapat bersaing dengan dua rival utamanya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Peluang untuk memperbaiki pangsa pasar, sejatinya, masih terbuka.

Gani, Analis Ciptadana Sekuritas Asia menuturkan, Indosat saat ini ketinggalan dari sisi jaringan 4G dibanding operator lainnya, terutama di luar Pulau Jawa.

Jika emiten ini konsisten membangun base transceiver station (BTS) 4G di tahun depan, perusahaan bisa meningkatkan daya saingnya.

“Jika Indosat bisa mengeksekusi dari peningkatan jaringan itu bisa jadi salah satu kunci untuk ISAT ke depan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (5/12).

Memang, Direktur Utama ISAT Chris Kanter sedang berupaya memperluas jaringan 4G di tahun depan. Perusahaan pun menganggarkan sebagian besar belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun depan yang sebesar Rp 10,6 triliun untuk pembangunan BTS 4G.

Untuk mendapatkan pendanaan capex, Indosat menghentikan penawaran umum berkelanjutan II (PUB) obligasi dan sukuk ijarah berkelanjutan tahap II tahun 2017 dengan alasan sisa plafon yang tersedia tidak mencukupi. Indosat akan melakukan pendaftaran baru atas PUB III untuk dapat memperoleh dana sebesar Rp 10 triliun.

Sementara itu menurut pandangan Gani, masih sulit untuk emiten ini merebut posisi EXCL dan TLKM di tahun depan sebab menurutnya ISAT sangat tertinggal.

“Dari segi ekspansi saja, perusahaan ini baru memulai di saat Telkom dan XL sudah mulai terlebih dahulu. Kalau Indosat ekspansi, kedua pesaingnya juga ekspansi lebih jauh lagi,” katanya.

Dia menyarankan investor yang belum mempunyai saham ISAT sebaiknya wait and see terlebih dahulu karena ada kemungkinan Indosat masih akan merugi di tahun depan. Pertimbangannya, kendati pendapatan Indosat naik, tak dapat menutup beban utang. “Masih kurang untuk menutupi biayanya, masih punya utang besar, mau utang lagi, “ katanya.

Sedangkan, Arandy Ariantara Analis Samuel Sekuritas mengatakan, ISAT perlu menaikkan tarif data agar perusahaan tersebut bisa untung.

“Kalau mereka terus mempertahankan tarif data di kisaran Rp 6.500 per GB tidak bagus untuk mereka, karena idealnya tarif data mereka Rp 15.000 per Gb itu sehat,” katanya.

Dari catatan Arandy, ketika Indosat memberlakukan tarif data di Rp 15.000-an pada kuartal II-2017, perusahaan bisa membukukan laba bersih Rp 610 miliar.

Dia menambahkan, capex yang cukup besar dianggarkan oleh ISAT memang perlu dilakukan jika melihat kondisi ISAT yang tertinggal jauh dari dua pesaing lainnya.

Sebagai informasi saja, sebelumnya, Chris Kanter memang sedang gencar menaikkan tarif rata-rata paket data Indosat, dengan memastikan tidak ada lagi distributornya yang saling melakukan banting harga.

Mengutip catatan Kontan sebelumnya, dari segi BTS ISAT menempati posisi ketiga dengan BTS yang dimiliki sebanyak 64.000 sementara TLKM memiliki BTS sebanyak 167.000 dan EXCL memiliki BTS 116.000.

Begitu pula dari sisi kinerja, di saat dua pesaing lain lainnya seperti EXCL dan TLKM pendapatan mengalami kenaikan, pendapatan Indosar justru merosot secara year to date (ytd).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×