kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks sektor industri dasar dan kimia berkinerja apik sebulan ini, kenapa?


Rabu, 31 Juli 2019 / 20:08 WIB
Indeks sektor industri dasar dan kimia berkinerja apik sebulan ini, kenapa?


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam satu bulan terakhir, kinerja indeks sektor industri dasar dan kimia terbilang baik. Pasalnya, indeks saham di sektor tersebut tumbuh hingga 7,73% sejak awal perdagangan bulan Juli 2019.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan sebanyak 40 dari 73 anggota indeks di sektor tersebut mengalami kenaikan harga saham. Kinerja apik tersebut tak lepas dari moncernya kinerja sektoral infrastruktur dan properti terutama dalam tiga bulan terakhir.

Seperti diketahui, dua sektor tersebut akhir-akhir ini didukung sentimen positif seperti guyuran insentif bagi sektor properti.  Dampak tersebut dirasakan emiten seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR, anggota indeks Kompas100 ini) dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP, anggota indeks Kompas100 ini).

"Kalau industri dasar semen baik karena properti dan infrastruktur dipandang baik. tapi ada lagi yaitu pakan ternak dan kimia," jelas Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (31/7).

Baca Juga: IHSG menguat 0,21% di akhir perdagangan Rabu (31/7)

Menurutnya, kenaikan indeks sektoral industri dasar dan kimia tersebut terutama disokong oleh kenaikan saham SMGR, INTP, PT Barito Pacific Tbk (BRPT, anggota indeks Kompas100 ini) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN, anggota indeks Kompas100 ini). Wawan menargetkan hingga akhir tahun harga SMGR mencapai Rp 13.500 dan INTP mencapai Rp 23.000.

Sementara itu sektor pertambangan justru menjadi indeks sektoral yang paling tertekan. Indeks tersebut tertekan hingga 4,63% sejak awal perdagangan Juli 2019. Tak heran, jelas Wawan, ini terdampak dari penurunan harga batubara. Bahkan tekanan ini bisa berlangsung dalam jangka panjang.

"Untuk batubara masih, karena dia sudah menguat tahun lalu jadi wajar konsolidasi dulu apalagi pertumbuhan ekonomi dunia belum membaik dan perang dagang masih berlanjut," imbuh dia.

Baca Juga: Tren investasi di Indonesia tengah meningkat, ini alasannya

Perang dagang berdampak pada tekanan pertumbuhan ekonomi di China. Saat ini juga banyak pabrik di China yang direlokasi keluar dari negara panda tersebut.

Padahal China adalah pasar besar bagi Indonesia untuk mengekspor batubara. Alhasil hampir semua emiten yang bergerak di sektor ini tertekan. PTBA misalnya, dalam satu bulan harga sahamnya turun hingga 8,67%, sedangkan ADRO tertekan hingga 6,62%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×