kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks ICBI diproyeksikan masih akan bergerak stagnan cenderung melemah


Selasa, 29 September 2020 / 22:42 WIB
Indeks ICBI diproyeksikan masih akan bergerak stagnan cenderung melemah
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks return pasar obligasi bergerak flat cenderung menurun dalam sepekan terakhir. Selasa (29/9), Indonesia Composite Bond Index (ICBI) melemah 0,07% ke level 296,01. Sementara dalam sepekan ICBI melemah 0,04%.

Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan pasar obligasi mencatatkan pergerakna negatif karena didorong ekspektasi resesi ekonomi Indonesia yang meningkat. Menteri Keuangan Sri Mulayni memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal III akan tumbuh negatif di kisaran -1% hungga -2,9% secara tahunan.

Masih meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia juga meningkatkan persepsi risiko bagi perekonomian dan pasar obligasi. Selain itu, adanya tensi geopolitik AS-Iran turut memberikan sentimen negatif.

Sementara, program burden sharing Bank Indonesia yang sudah membeli Surat Utang Negara sebesar Rp 234,65 triliun Roby nilai baru berimplikasi positif dalam jangka panjang. "Net buy BI tersebut akumulatif sehingga kalau konteksnya jangka panjang aksi beli BI tentu akan menyokong pasar obligasi," kata Roby.

Namun, dalam jangka pendek, sepekan ini Roby memproyeksikan pergerakan ICBI masih cenderung melemah dan bergerak terbatas. "Kuartal III akan habis sehari lagi, maka sepertinya pertumbuhan ekonomi akan negatif dan dalam jangka pendek pelemahan makroekonomi membuat indeks ICBI menurun," kata Roby, Selasa (29/9).

Pelemahan indesk ICBI juga semakin mungkin terjadi disaat pelaku pasar tengah menantikan data pertumbuhan ekonomi kuartal II dari Inggris dan AS yang juga diproyeksikan terkontraski dalam. Sementara itu, dari domestik, inflasi September diproyeksikan berada di level 1,5% yoy atau masih di bawah target BI yang berada di 3%.  Belum lagi, indeks Markit manufaktur juga diprediksi menurun ke 47,5 dan indeks keyakinan bisnis di kuartal II diprediksi turun ke level 95.

Baca Juga: Indeks Obligasi Mencetak Rekor Tertinggi

Namun, jika perbaikan ekonomi masih berjalan melambat secara jangka panjang, permintaan di pasar surat utang bisa meningkat karena instrumen ini dianggap jadi yang paling aman, terutama SUN.

Hingga saat ini, Roby melihat investor domestik berpeluang tetap menyokong likuiditas di pasar surat utang. Apalagi, sejak pandemi perbnakan banyak mengakumulasi SUN. Sementara, investor institusi lain juga masih memburu surat utang karena kebutuhan investasi di aset yang lebih aman dan untuk memenuhi reinvestasi.

Sementara, Roby memproyeksikan investor asing belum akan masuk dalam jumlah besar seperti sebelum pandemi seiring sentimen resesi masih menghantui.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto juga mengatakan indeks ICBI bergerak flat cenderung menurun karena permintaan belum kembali datang. Ramdhan menilai kehati-hatian investor saat ini sedang tinggi dan mereka masuk secara bertahap.

Ramdhan mengatakan meski pergerakan indeks ICBI masih flat, likuiditas pasar surat utang dinilai mampu menunjang pertumbuhan kinerja. "Likuiditas BI banyak, uang cadangan devisa bisa buat jaga pasar dan saat ini tinggal begaimana dukungan pemerintah lewat stimulus," kata Ramdhan.

Alhasil, Ramdhan menyarankan investor untuk tetap masuk ke pasar obligasi termasuk melalui reksadana pendapatan tetap. "Investasi ke pasar obligasi bisa diteruskan karena BI berpotensi menurunkan suku bunga acuannya," kata Ramdhan.

Selasa, (29/9), yield SUN seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,9%. Hingga akhir tahun, Ramdhan memproyeksikan yield berpotensi turun ke rentang 6,5%-6,7%. 

Selanjutnya: Ekonomi Indonesia mulai membaik, indeks obligasi ICBI cetak rekor tertinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×