kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG sudah koreksi, kecil kemungkinan adanya sell in May


Minggu, 29 April 2018 / 17:50 WIB
IHSG sudah koreksi, kecil kemungkinan adanya sell in May
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak Maret hingga penutupan pekan lalu dibayangi tekanan. Bahkan, sejak awal tahun atau year to date, IHSG sudah melemah 6,87%. Pada sesi penutupan perdagangan hari Jumat (27/4), IHSG ditutup di level 5.919,23, naik tipis 0,17% dibandingkan hari sebelumnya.

Bagaimana pergerakan IHSG di bulan Mei?

Para analis berpendapat, tekanan terhadap IHSG besar kemungkinan masih berlanjut, meski tetap ada potensi untuk rebound, walau kecil. Analis Semesta Indovest, Aditya Perdana Putra mengatakan, jargon sell in May meski kerap terjadi secara historikal, kali ini tidak akan berkumandang.

Pasalnya, sell in May secara historikal memang dipicu aksi jual oleh investor yang sudah untung di bulan-bulan sebelumnya dan mereka merealisasikan keuntungan di bulan Mei. "Sementara, kita tidak bisa terlalu memperhatikan tren historikal, sebab Maret kemarin saat seharusnya positif, IHSG malah berada dalam tekanan," kata Aditya kepada Kontan.co.id, Minggu (29/4).

Anomali inilah yang menurutnya menghapus kesaktian jargon sell In May. Arah IHSG menurutnya akan lebih banyak dipengaruhi oleh data-data ekonomi serta kabar dari eksternal, dalam hal ini rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung tanggal 2 Mei. Pelaku pasar menurutnya pasti menunggu respon dari pemangku kebijakan di Indonesia dalam menyingkapi kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) yang hampir pasti ini.

Soal kenaikan tingkat suku bunga AS yang bakal memberikan dampak negatif terhadap IHSG dipandang oleh analis Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar salah kaprah. Memang, hasil FOMC pasti akan mempengaruhi bursa global. Tapi, William merasa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga bulan Mei. Sebelumnya beberapa pejabat The Fed menyatakan bahwa suku bunga The Fed akan naik tiga sampai empat kali tahun 2018. "Namun, saya rasa tidak akan secepat itu The Fed menaikkan suku bunga, karena baru bulan lalu suku bunga dinaikkan," ujar William.

IHSG menurutnya akan cenderung lebih dipengaruhi oleh data domestik, seperti data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) yang akan diumumkan tanggal 7 Mei dan data inflasi bulan April. Kedua data ini bisa sangat mempengaruhi pergerakan IHSG hingga akhir bulan Mei.

Aditya memandang data ekonomi pastinya juga ditunggu oleh pelaku pasar. Kalau hasilnya bagus, pasar akan merespon positif. Begitu pula sebaliknya. Namun, William menganggap data ekonomi kali ini belum menunjukkan adanya sinyal positif yang berarti. Ia memandang PDB Indonesia masih stagnan, meski inflasi April agaknya tetap terkendali.

Di tengah situasi pasar modal yang masih berada dalam tekanan, Aditya mengungkapkan bahwa investor sebaiknya menahan posisi dulu, setidaknya hingga tanggal 8 Mei. Kalaupun investor mau langsung bergerak masuk awal Mei, Aditya menyarankan investor melakukan selective buy dengan mengincar saham-saham yang fundamental sektornya bagus dengan valuasi harga saham yang sudah murah.

Menilik sektor, Aditya melihat sektor-sektor seperti barang konsumsi, CPO dan aneka industri kemarin saat kuartal I-2018 mencatatkan hasil yang kurang menggembirakan. "Yang masih bagus sektor perbankan, walaupun aksi jual saham perbankan masih terjadi. Investor bisa mulai masuk di sektor perbankan ini," ujarnya.

Sementara, menurut William sekarang inilah saatnya investor untuk masuk, sebab harga-harga saham sudah murah. Investor bisa membeli sedikit demi sedikit sembari menunggu data ekonomi domestik.

Menurutnya, meski selama bulan April IHSG cenderung berada dalam tekanan, investor tidak seharusnya panik. Melihat fundamental ekonomi Indonesia, William melihat belum ada tanda-tanda mengkhawatirkan, karena rasio utang masih baik, pertumbuhan ekonomi masih cukup baik.

Jadi, ketika menghadapi tantangan dari sentimen FOMC, William menyarankan investor untuk mengambil posisi beli di harga bottom. "Ini kesempatan investor untuk membeli saham-saham yang valuasinya sudah murah. Dan lagi tekanan kemungkinan hanya berlangsung semester I dan memasuki semester II nanti Indonesia bakal ada beberapa sentimen positif, misalnya dari beberapa event seperti Asian Games," katanya.

Aditya memprediksi, IHSG masih menguji resistance di level 6.100 dengan support 5.900. William pun menyebutkan rentang yang sama. Menurutnya, IHSG akan bergerak berfluktuatif dengan kecenderungan pelemahan di rentang 5.900 sampai 6.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×