Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona negatif pada transaksi perdagangan akhir pekan ini (7/10). Mengutip data RTI, pada pukul 09.09 WIB, indeks mencatatkan penurunan 0,08% menjadi 5.403,46.
Ada 54 saham yang tertekan. Sementara, ada 88 saham yang naik dan 72 saham lainnya tak berubah posisi. Volume transaksi perdagangan hari ini melibatkan 614,852 juta saham dengan nilai transaksi Rp 552,200 miliar.
Secara sektoral, ada lima sektor yang melorot. Tiga sektor dengan penurunan terbesar di antaranya: sektor barang konsumen turun 0,74%, sektor manufaktur turun 0,41%, dan sektor perdagangan turun 0,21%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang bertengger di jajaran top losers pagi ini antara lain: PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 2,02% menjadi Rp 65.500, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) turun 1,87% menjadi Rp 18.375, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) turun 1,23% menjadi Rp 2.400.
Adapun di posisi top gainers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik 2,5% menjadi Rp 15.375, PT PP London Sumatra Tbk (LSIP) naik 2,36% menjadi Rp 1.520, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,95% menjadi Rp 15.925.
Mengekor Asia
Pergerakan negatif IHSG sejalan dengan bursa Asia. Mayoritas saham yang diperdagangkan di kawasan Asia memerah pada transaksi Jumat (7/10). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.30 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific tak banyak mencatatkan perubahan. Sepanjang pekan ini, indeks acuan regional tersebut hanya naik 0,6%.
Sementara itu, berdasarkan data CNBC, indeks ASX 200 Australia turun 0,47%.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 Stock Average bergerak flat. Saat berita ini diturunkan, posisi Nikkei turun 0,02% menjadi 16.895,13.
Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan diperdagangkan turun 0,09% menjadi 2.063,40.
Bursa Asia dibuka melemah seiring sentimen negatif yang berasal dari poundsterling. Data yang dihimpun Reuters menunjukkan, poundsterling sempat keok ke level US$ 1,1819. Kendati demikian, pada pukul 08.55 waktu Singapura, poundsterling kembali pulih ke level US$ 1,2401.
Anjloknya nilai tukar mata uang Inggris ini disebabkan aksi jual besar-besaran pelaku pasar. John Gorman, head of non-yen rates trading Nomura Securities menilai, ada dua teori yang berkembang mengenai poundsterling.
"Pertama, ada kesalahan fat finger (salah ketik) atau transaksi yang salah akibat human error. Kemungkinan kedua, yang sepertinya lebih masuk akal, ada kontrak option yang diperdagangkan sehingga menyebabkan aksi jual dengan likuiditas rendah," jelas Gorman.
Tidak seluruh analis meyakini teori fat finger.
Sejumlah pengamat menduga artikel yang dirilis dari Financial Times mengenai kecemasan Brexit menjadi pemicu keoknya poundsterling.
Selain itu, pelaku pasar juga memilih untuk menanti data tenaga kerja AS yang bakal dirilis hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News