kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hilirisasi Bukit Asam (PTBA) mampu menghemat cadev minimal US$ 7 miliar


Minggu, 03 Maret 2019 / 18:45 WIB
Hilirisasi Bukit Asam (PTBA) mampu menghemat cadev minimal US$ 7 miliar


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - TANJUNG ENIM. Langkah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) untuk melakukan hilirisasi batubara lewat proses gasifikasi diharapkan mampu menghemat pengeluaran devisa secara signifkan. Menurut data, sampai saat ini jumlah impor LPG Tanah Air mencapai 4,5 juta ton hingga 4,7 juta ton.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pembangunan pabrik pengolahan gasifikasi batubara yang nilai investasinya diperkirakan mencapai US$ 1,2 miliar dan mampu menyerap lapangan kerja sebanyak 1.400 orang ini, akan mulai beroperasi pada November 2022.

“Produksinya nanti dapat memenuhi kebutuhan sebesar 500.000 ton urea per tahun, 400.000 ton DME per tahun, dan 450.000 ton polipropilen per tahun,” ungkap Airlangga, Minggu (3/3).

Dengan target pemenuhan pasar tersebut, diproyeksi kebutuhan batubara sebagai bahan baku sebesar 7 juta ton-9 juta ton per tahun, termasuk untuk mendukung kebutuhan batubara bagi pembangkit listrik. Hilirisasi yang akan dilakukan PTBA nantinya, semakin diperkuat dengan total sumber daya batubara sebesar 8,3 miliar ton dan total cadangan batubara sebesar 3,3 miliar ton.

“Tapi apabila ada satu pabrik polipropilen dengan kapasitas 450.000 ton per tahun, itu bisa menghasilkan US$ 4,5 miliar. Apalagi, akan ada pabrik pupuk dan DME itu minimal mencapai US$ 7 miliar devisa yang bisa kita hemat. Jadi, bukan hanya menggali, tetapi ada nilai tambah,” tegasnya.

Selain berperan penting dalam mendukung rantai pasok sektor penggunanya, industri kimia juga turut memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Kemperin mencatat pada tahun 2018, investasi di sektor industri kimia dan farmasi mencapai Rp 39,31 triliun. Selain itu, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia menorehkan nilai ekspor sebesar US$ 13,93 miliar.

“Untuk sektor industri pionir ini, sebetulnya pemerintah sudah memfasilitasi pemberian tax holiday dan nanti juga kami akan usahakan untuk menjadikan kawasan ekonomi khusus. Dengan demkian, semua kemudahan ini ditumpahkan di Tunjung Enim,” imbuhnya.

Menperin pun menghitung nilai tambah yang akan dihasilkan di Tanjung Enim, apabila kebutuhan batubara dalam proyek ini mencapai 9 juta ton per tahun dengan harga komoditasnya US$ 30 per ton, maka baru menghasilkan senilai US$ 270 juta tanpa pengolahan.

Sementara itu, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menegaskan bahwa pihaknya akan berkomitmen untuk menciptakan nilai tambah dan mentransformasi batubara menjadi ke arah hilir dengan teknologi gasifikasi. “Selain itu, diharapkan dengan kerja sama ini juga dapat meningkatkan sinergi antar BUMN, dan mampu menciptakan efisiensi dalam industri batubara, gas, pupuk dan kimia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×