kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hasil tinggi plus Jaminan halal investasi syariah


Kamis, 24 Juli 2014 / 13:30 WIB
Hasil tinggi plus Jaminan halal investasi syariah
ILUSTRASI. Nasabah melakukan kegiatan transaksi di Bank Cimb Niaga Jakarta, Senin (18/11). Bank CIMB Niaga (BNGA) Bukukan Laba Sebesar Rp 5,09 Triliun pada 2022.


Reporter: Agung Jatmiko, Tedy Gumilar | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Sejak 4 Juli 2014 lalu, Daftar Efek Syariah (DES) di Bursa Efek Indonesia (BEI) bertambah panjang. Ada emiten pendatang baru, PT Mitrabara Adiperdana Tbk, belakangan masuk ke dalam daftar saham-saham halal.

Jumlah “saham halal” ini kemungkinan bakal terus bertambah seiring pertambahan perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada 2014, otoritas bursa menargetkan ada 30 perusahaan pendatang baru di BEI. Hingga sekarang baru 18 emiten baru melantai di bursa. Dari pendatang baru itu, tercatat ada sembilan saham anyar yang masuk dalam daftar efek syariah. Saham pertama yang dimasukkan ke dalam daftar saham yang halal ditransaksikan tahun ini adalah PT Bali Towerindo Sentra Tbk, yakni pada 4 Maret 2014.

Meski cenderung bertambah, jumlah daftar efek syariah tidak bersifat tetap. Setiap enam bulan sekali Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan evaluasi terhadap daftar tersebut. Berdasar data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah DES periode I–2014 mencapai 584 emiten. meningkat dari DES periode II–2013 sebanyak 568.

Penambahan jumlah efek syariah ini tentu kabar gembira bagi investor yang lebih senang memperdagangkan saham-saham halal. Itu berarti pilihan saham yang bisa diperjualbelikan dan telah mendapat restu dari Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga lebih banyak.

Sejauh ini ada dua indeks saham syariah yang digunakan di BEI dan mengacu pada DES. Pertama, Jakarta Islamic Index (JII) yang diluncurkan pada 3 Juli 2000. JII berisi 30 saham halal unggulan, mirip seperti indeks saham konvensional LQ45 atau IDX30. Kedua, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Per 27 Juni 2014, ISSI berisi 305 saham halal. Anggota terakhir yang masuk adalah PT Chitose Internasional Tbk (CINT).

Tak selalu searah IHSG

Menilik kinerjanya, sampai sejauh ini pertumbuhan ISSI masih belum bisa mengalahkan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejak awal tahun 2014 hingga 17 Juli 2014 year-to-date (ytd), IHSG telah tumbuh 18,65%. Sementara, ISSI baru 15,49%.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker, menyebut, pergerakan saham syariah memang tidak selalu selaras dengan IHSG. Maklum saham-saham yang mendominasi pergerakan IHSG belakangan ini berasal dari sektor perbankan yang notabene tidak masuk dalam DES. Sebagian pendapatan bank berbasis bunga kredit yang haram secara syariah.

Padahal, kata analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih, tidak ikut sertanya saham sektor perbankan sangat berpengaruh terhadap bobot indeks saham syariah. “Selama ini bobot saham perbankan di indeks saham kita adalah 30%,” kata Alfatih.

Namun, ada kala indeks-indeks itu bergerak senada seirama. Pada penutupan perdagangan Rabu (16/7), ambil contoh, indeks saham konvensional seperti IHSG serta LQ45, serta indeks saham syariah ISSI dan Jakarta Islamic Index (JII), sama-sama bergerak naik. Bahkan, keempatnya menyentuh level tertinggi sejak awal tahun 2014 lalu.

Sekadar catatan, ISSI maupun JII sama-sama didominasi oleh saham-saham sektor properti, konstruksi, dan consumer goods. Ketiga sektor ini menjadi pilihan lantaran bidang usahanya tidak mengandung unsur riba dan tidak bersifat mudarat. Hanya saja, performa saham-saham sektor properti dan infrastruktur akhir-akhir ini memang melambat. Kalah pamor ketimbang saham perbankan. Hanya saham di sektor consumer goods yang masih menunjukkan tajinya.

Plus, di dalam daftar saham syariah juga ada saham-saham pertambangan yang perkembangannya jauh lebih lesu ketimbang properti atau infrastruktur. “Jadi, wajar kalau misalnya IHSG cenderung menang ketimbang indeks saham syariah,” kata Satrio Utomo.
Namun, mesti diingat, tujuan investor bermain hanya di saham-saham syariah bukanlah faktor potensi keuntungan semata. Biasanya investor yang masuk ke saham syariah juga mencari ketenangan diri. Artinya, investor tersebut ingin memastikan ia mencari uang dengan cara-cara yang tidak melanggar prinsip syariah. “Di sini, berarti, kan, yang bermain moral, bukan keinginan mencari profit sebesar-besarnya,” kata Tommy, sapaan Satrio Utomo.

Jangan lupa juga, saham syariah juga relatif lebih tahan banting. Pasalnya, mayoritas berasal dari sektor-sektor yang defensif dan berorientasi pada pasar domestik. Misalnya, ya, saham di sektor properti, konstruksi, dan consumer goods.
Salah satu tolok ukurnya bisa dilihat dari kinerja reksadana yang berbasis saham-saham syariah. Ketika krisis keuangan global melanda pada 2008–2009, reksadana saham syariah masih bisa tumbuh 5%. Padahal, di saat yang bersamaan, reksadana konvensional mengalami koreksi.

Selain itu, Alfatih menyebut, adanya ketentuan minimum rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) 45% bisa memberi rasa aman bagi investor. Ketentuan ini memberikan jaminan bahwa emiten yang ada dalam saham syariah tergolong emiten yang sehat secara finansial.

Meski basis sahamnya sama, perbedaan investasi saham secara syariah dengan konvensional juga berbeda. Ketika seorang investor memutuskan untuk membeli saham, misalkan, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan cara syariah, berarti ia harus konsisten. “Artinya, ia membeli untuk long term dan tidak melakukan cara-cara yang melanggar fatwa DSN MUI, seperti short selling dan margin trading,” kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada.

Dibantu online trading

Soal ini, investor sebetulnya tak perlu khawatir bakal salah langkah. Lewat fasilitas online trading syariah, investor hanya bisa bertransaksi saham-saham yang masuk ke dalam daftar efek syariah. Saham yang ditransaksikan juga tidak me-ngandung riba lantaran batas transaksi hanya sebesar saldo kas nasabah. Selain itu, investor tidak bisa menggunakan fasilitas short-selling yang biasanya disediakan oleh sekuritas untuk nasabah reguler.

Saat ini, dari sekitar 116 anggota bursa, sudah ada 8 yang mengoperasikan fasilitas online trading syariah. Sekuritas-sekuritas tersebut adalah PT Indo Premier Securities, PT Daewoo Securities Indonesia (sebelumnya bernama PT Etrading Securities), PT Mandiri Sekuritas, PT BNI Securities, PT Panin Sekuritas Tbk, PT Phintraco Securities, dan PT Trimegah Securities Tbk.

Yang paling anyar, Sucorinvest Personal Online Trading Syariah (SPOT syariah) yang diluncurkan PT Sucorinvest Central Gani pada 24 April 2014 silam. Selain Sucorinvest, paling tidak ada tiga sekuritas lagi yang sedang mengembangkan fasilitas online trading syariah. Kalau ketiganya bisa diluncurkan tahun ini sesuai harapan BEI, maka akan ada 11 sekuritas yang menyediakan fasilitas online trading syariah.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah nasabah sekuritas yang sudah menjadi pengguna layanan online trading konvensional bisa menjadi nasabah online trading syariah. Syaratnya, nasabah yang bersangkutan wajib membuka akun baru. Hal ini dilakukan supaya proses monitoring menjadi lebih mudah.

Sayang, meski sekuritas yang menyediakan online trading syariah terus bertambah, penggunanya saat ini masih sangat sedikit. Baru berkisar antara 5%–10% dari total nasabah online trading konvensional. Setiawan Efendi, Branch Manager Phintraco Securities Solo menyebut, jumlah pengguna PROFITS Syariah sampai saat ini hanya sepersepuluh dari pengguna online trading konvensional. Jumlah pengguna online trading konvensional di Phintraco saat ini mencapai 2.000 nasabah. Sementara, jumlah pengguna online trading PROFITS Syariah baru sekitar 200 nasabah.

Untuk menambah jumlah investor, sosialisasi terus dilakukan, termasuk dari kampus ke kampus di pelbagai kota di Indonesia, baik melalui pembukaan galeri investasi maupun lewat simulasi trading. Teranyar, Rabu, 16 Juli 2014, Phintraco bekerjasama dengan Politeknik Negeri Padang mengadakan simulasi transaksi saham secara online.

Agar calon investor makin tertarik, Phintraco tetap mempertahankan initial deposit atawa pembukaan rekening rendah, cuma Rp 100.000. “Sejauh ini responsnya bagus. Target tahun ini, user online trading konvensional 3.000 nasabah dan syariah 500 nasabah,” kata Setiawan.

Anda berminat mengepul untung lewat saham halal?


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 43 - XVIII, 2014 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×