kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hasil investasi SUN akan melandai


Jumat, 19 Desember 2014 / 07:57 WIB
Hasil investasi SUN akan melandai
ILUSTRASI. Rekomendasi Harga Mobil Nissan Evalia Bekas per Juli 2023, Hanya Rp 60 Jutaan


Reporter: Noor Muhammad Falih, Wahyu Satriani | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Volatilitas sepertinya masih membayangi pasar obligasi tahun depan. Akibatnya, total imbal hasil alias return berinvestasi di obligasi pemerintah terancam turun.

Head of Fixed Income Research  Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memperkirakan, total return obligasi pemerintah pada tahun depan hanya 9% hingga 10%. Asumsi tersebut lebih rendah dibandingkan tahun ini, yang diperkirakan mencapai 12%.

Menurut Handy, tingginya volatilitas pada perdagangan tahun depan akibat belum ada kepastian kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Selain itu, faktor suplai dan permintaan surat berharga negara (SBN) pada tahun 2015 juga akan menjadi tantangan bagi pasar obligasi.

Target penerbitan SBN secara netto sepanjang tahun depan yang mencapai angka Rp 226 triliun terbilang relatif tinggi. Padahal, aliran dana asing yang masuk atau capital inflow  diperkirakan menyusut akibat normalisasi suku bunga AS serta kenaikan yield surat utang AS (US treasury).

Dus, pasar obligasi hanya akan bergantung pada penyerapan investor domestik. "Sehingga, seberapa besar investor domestik mampu menyerap SBN akan mempengaruhi pasar obligasi," kata Handy, Jakarta, Rabu (17/12).

Analisa Mandiri Sekuritas, yield US Treasury tahun depan sekitar 3%, naik dibandingkan saat ini di level 2,5%. Sedangkan yield surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun diperkirakan naik menjadi 8,3% dari tahun ini 8,2%.  "Kami memperkirakan, kenaikan yield US Treasury tidak akan terlalu tinggi. Mengingat, yield obligasi global, seperti Jepang, Eropa dan Tiongkok masih rendah," jelasnya.

SUN masih menarik

Kendati demikian, investasi di obligasi masih akan menarik. Faktor domestik seperti laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan tahun ini, serta prospek membaiknya nilai tukar rupiah akan membawa sentimen positif di pasar obligasi. Di sisi lain, investor juga dapat memanfaatkan volatilitas untuk mengeruk keuntungan atau capital gain.

Handy menyarankan, investor bisa masuk ke pasar obligasi di bulan Januari. Pasalnya, pasar obligasi akan dibanjiri pasokan SBN seiring rencana pemerintah menggeber penerbitan alias front loading. Ini akan memicu semakin ketatnya persaingan dan yield obligasi akan naik.

Ditambah lagi, kepemilikan asing akan berkurang pada awal tahun 2015 akibat  pelemahan kurs rupiah. Akibatnya, pasar obligasi tertekan dan yield diperkirakan naik ke level 8,6%. "Jadi, investor bisa masuk saat harga rendah," ujarnya.

Sedangkan, memasuki bulan Juni, Handy memperkirakan, pasar siap rebound. Sebab, data domestik seperti inflasi diperkirakan menurun.

Nah, mengantisipasi volatilitas, investor bisa memperpendek tenor saat yield sedang tinggi. SUN bertenor lima hingga 10 tahun diperkirakan bakal memberi  keuntungan bagi investor.

Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono menilai, faktor pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5%, ruang fiskal pemerintah yang cukup leluasa, inflasi yang terkendali serta pengembangan infrastruktur akan membawa sentimen positif bagi pasar obligasi.

"Kenaikan suku bunga AS tidak akan berefek besar pada pasar obligasi. Karena akan terkompensasi dengan rencana stimulus di Eropa, Jepang dan Tiongkok," ujarnya.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×