Reporter: Agung Jatmiko, Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mungkin Anda sudah mendengar aksi keluarga Riady memborong saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Beberapa waktu terakhir, James Tjahaja Riady dan Stephen Tjondro Riady terus memborong saham LPKR. Teranyar, 9 Mei lalu, dua putra pendiri Grup Lippo Mochtar Riady ini memborong 562 juta saham LPKR.
Harga saham kebanyakan emiten Grup Lippo memang merosot belakangan ini. Ambil contoh LPKR. Harga saham perusahaan properti ini sempat mencapai Rp 575 per saham 29 Januari lalu. Tapi, Selasa lalu (8/5), harganya jatuh ke Rp 396, atau turun 31,13% dari level tertinggi. Jumat (11/5), LPKR ditutup di level Rp 404 per saham.
Nasib saham emiten Lippo di bisnis ritel juga serupa. Saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) tergerus 35,84% sejak awal tahun hingga kemarin. Total ada enam anak usaha Grup Lippo yang harga sahamnya merosot sejak awal tahun dan empat anak usaha yang mengalami peningkatan.
Analis menilai, secara fundamental, kinerja sejumlah emiten Grup Lippo memang kurang oke. Wajar harga sahamnya lantas turun. MPPA misalnya, masih merugi di kuartal I lalu, meski kerugiannya berkurang.
Anak usaha lainnya, seperti SILO, menghadapi persaingan yang sangat ketat. Selain itu, bisnis rumahsakit butuh modal besar. “Memang pendapatan SILO naik tapi kecil karena beban biayanya juga tinggi,” kata William Siregar,
Analis Paramitra Alfa Sekuritas, Jumat (11/5). Harga saham SILO kemarin ditutup di Rp 6.475, turun 32,38% sejak awal tahun.
Sedang PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) diterpa kabar terhentinya proyek Meikarta. Marketing sales Meikarta juga dinilai tidak sesuai ekspektasi, plus pengeluaran marketing juga besar. Harga saham LPCK turun 32,48% sejak awal tahun hingga kemarin. Pada penutupan perdagangan kemarin, LPCK dilego Rp 2.120 per saham.
Menurut William, sebenarnya LPCK masih menarik. Kondisi keuangan emiten ini sehat dengan debt to equity ratio (DER) rendah. Saat ini ia memberi rekomendasi hold untuk LPCK.
Saham Grup Lippo lain yang menarik, menurut William, adalah LPPF, didukung ekspektasi kenaikan daya beli di semester dua nanti. Cuma, saat ini ia menilai harganya overvalued, sehingga ia menyarankan hold.
“Dalam jangka pendek kemungkinan akan ada koreksi lanjutan, tapi di jangka menengah panjang saham LPPF masih bisa naik, dengan target harga Rp 12.750 per saham,” ujar William.
Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya juga menilai anak usaha Grup Lippo yang bergerak di sektor konsumer memiliki prospek bisnis yang menarik. Ia menilai harga saham Grup Lippo bisa kembali naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News