kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga obligasi lokal terus melemah


Jumat, 02 Maret 2018 / 10:36 WIB
Harga obligasi lokal terus melemah
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) memicu gejolak di pasar obligasi domestik. Buktinya, sepanjang Februari,  kinerja Indonesia Composite Bond Index (ICBI) melemah 1,2% dibandingkan posisi di bulan sebelumnya.

Bahkan, pada penutupan perdagangan kemarin, indeks ICBI terjerembab ke level 242,50. Ini merupakan level terendahnya tahun ini.

Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga menjelaskan, koreksi di pasar obligasi domestik tertekan lantaran antisipasi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini.

Pelaku pasar meyakini, The Federal Reserve bakal menaikkan suku bunga acuan AS dalam pertemuan 21 Maret mendatang. Hal ini tidak lepas dari membaiknya sejumlah indikator ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut. Salah satunya data inflasi. “Tahun ini bisa saja Fed fund rate naik hingga empat kali,” kata Desmon, Kamis (1/3).

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menambahkan, isu perbaikan ekonomi AS juga mengerek yield US Treasury. Hal ini membuat yield surat utang negara secara global naik, termasuk di Indonesia. Otomatis, harga obligasi turun.

Dampaknya, kestabilan pasar obligasi dan nilai tukar rupiah menjadi terganggu. Maklumlah, hal ini mengakibatkan dana investor asing keluar dari pasar.

Ini terlihat dari data Direktorat Jenderal Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan. Selama Februari lalu, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) berkurang Rp 21,55 triliun menjadi Rp 848,22 triliun.

Padahal secara fundamental, ekonomi Indonesia masih tergolong stabil. Tapi hal itu belum mampu mengatasi koreksi yang terjadi di pasar obligasi untuk saat ini. “Sentimen dari eksternal begitu kuat dan berdampak secara global,” ujar Ahmad.

Ia menilai pasar obligasi masih berpotensi tertekan di bulan ini. Tekanan bakal berkurang jika lembaga pemeringkat Moody's Investor Service kembali mengerek peringkat utang Indonesia. Selain Moody's, lembaga pemeringkat lain, yakni Standard & Poor's, juga punya potensi menaikkan peringkat utang Indonesia.

Nah, sebagai antisipasi agar bisa melewati periode sulit ini dengan aman, investor disarankan memperbanyak porsi SUN bertenor pendek atau kurang dari 5 tahun. “Rentang kenaikan yield seri jangka panjang biasanya cukup lebar, sehingga koreksi harganya juga cenderung lebih dalam,” jelas Ahmad.

Setali tiga uang, Desmon menyarankan investor masuk ke SUN tenor pendek. Ini lebih bijak ketimbang membeli obligasi korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×