kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga nikel pulih, Vale Indonesia lanjutkan rencana ekspansi


Rabu, 14 Februari 2018 / 15:04 WIB
Harga nikel pulih, Vale Indonesia lanjutkan rencana ekspansi


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga nikel mendorong PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melanjutkan proyek-proyek yang tertunda. Salah satunya, rencana pembangunan di sekitar wilayah eksplorasi nikel Bahodopi, Sulawesi Selatan dan Pomala, Sulawesi Tenggara.

Dalam catatan manajemen INCO, konsensus analis menyebut bahwa harga nikel tahun ini akan bergerak di kisaran US$ 12.000 per ton. Artinya, akan ada kenaikan harga nikel sebesar 20% dari rata-rata tahun 2017.

“Saat harga nikel turun dua dan tiga tahun belakangan, banyak proyek yang ditunda,” tutur Direktur Keuangan INCO Febriany Eddy kepada Kontan.co.id, belum lama ini. Nah, saat harga nikel membaik tahun ini, tak menutup kemungkinan INCO akan melanjutkan proyek-proyek yang tertunda.

Febriany juga menyebut bahwa INCO sedang penjajakan dengan beberapa potensial partner untuk mengembangkan wilayah eksplorasi nikel di Bahodopi dan Pomala.

Nantinya, INCO berencana membentuk kerja sama dengan skema joint venture (JV) bersama potensial partner terpilih. “Kami akan bentuk JV karena proyeknya akan besar sekali,” tutur Febriany.

Meski demikian, ia belum bisa merinci besaran investasi yang dibutuhkan untuk proyek tersebut. Menurutnya, jenis pabrik apa yang akan dibangun, seberapa besar kapasitas pabrik, jumlah suplai biji nikel yang dibutuhkan, serta harga yang ditetapkan nantinya, masih dalam proses evaluasi.

Saat ini INCO proses evaluasi yang dilakukan sudah mencapai evaluasi teknis. Targetnya, akhir tahun ini, INCO sudah bisa menetapkan opsi mana yang dipilih, dari semua tawaran-tawaran kerja sama yang masuk. “Kalau akhir tahun bisa mengerucut, tahun depan kita bisa fokus di bankable feasibility study,” ujar Febriany.

Yang jelas, saat ini, ada beberapa calon partner yang telah menunjukkan minat untuk menggarap kawasan eksplorasi nikel tersebut. “Ada beberapa dari China dan western. Kalau untuk pembangunan smelter mayoritas dari asing,” imbuh Febriany.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×