kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak tergelincir, Brent ditutup ke US$ 68,88 dan WTI ke US$ 65 per barel


Selasa, 16 Maret 2021 / 06:27 WIB
Harga minyak tergelincir, Brent ditutup ke US$ 68,88 dan WTI ke US$ 65 per barel
ILUSTRASI. harga minyak mentah melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah tergelincir di perdagangan awal pekan ini karena aksi profit taking. Padahal di awal perdagangan harga minyak perkasa yang didorong oleh berita ekonomi China yang kuat dan pembatasan pasokan yang sedang berlangsung dari produsen minyak utama.

Tolok ukur minyak mentah terus naik sepanjang 2021 karena produsen minyak utama menahan pasokan dan distribusi vaksin virus corona dipercepat, memberi harapan akan ekonomi yang lebih kuat dan permintaan bahan bakar.

Senin (15/3) harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2021 ditutup di level US$ 68,88 per barel, turun 34 sen. 

Serupa harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2021 ditutup melemah 22 sen ke posisi US$ 65,39 per barel. 

Harga minyak sebenarnya sedang mendapatkan sejumlah sentimen positif. Mulai dari pertumbuhan output industri China yang melesat pada Januari-Februari, mengalahkan ekspektasi, sementara data throughput kilang harian juga naik 15% dari tahun sebelumnya. 

Di sisi lain, eksportir minyak utama, Arab Saudi, memangkas pasokan minyak mentah pemuatan untuk bulan April ke setidaknya empat pembeli yang berada di Asia utara hingga 15%. 

Baca Juga: Harga emas spot ditutup menguat ke US$ 1.731 per ons troi pada Senin (15/3)

Sokongan lain juga datang dari OPEC+, yang memutuskan bulan ini untuk memperpanjang sebagian besar pemotongan pasokan hingga April.

Paket stimulus AS besar-besaran telah disahkan bulan ini, meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi global. Washington sedang mempertimbangkan kenaikan pajak pada perusahaan berpenghasilan tinggi dan bahan bakar, untuk membayar rencana infrastruktur besar-besaran. Hal tersebut dianggap para analis dapat menghambat permintaan minyak.

"Mereka akan menempatkan orang untuk bekerja dan mereka akan menempatkan bisnis kembali di lapangan untuk mengembangkan infrastruktur, itu semua antara sekarang dan nanti, seseorang tetap harus membayarnya," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho. 

"Mayoritas sepertinya akan menjadi pemungutan pajak, dan itu jadi negatif untuk permintaan."

Tekanan bagi harga juga datang dari ekspektasi bahwa badai musim dingin bulan lalu di Texas dapat terus meningkatkan persediaan minyak mentah.

"Ada pembicaraan bahwa karena pemadaman listrik Texas, kita mungkin melihat peningkatan lagi dalam persediaan minggu ini," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago, merujuk pada data persediaan minyak AS yang dirilis pada hari Selasa dan Rabu.

Namun, para analis mengatakan pakta oleh produsen utama untuk mengendalikan produksi dan rebound permintaan karena peluncuran vaksin akan terus mendorong harga naik meskipun ada kemunduran sementara.

Selanjutnya: Indonesia dan 2 negara Eropa tangguhkan vaksinasi AstraZeneca, WHO rilis imbauan ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×