kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak terdongkrak kesepakatan AS-China


Jumat, 13 Desember 2019 / 07:47 WIB
Harga minyak terdongkrak kesepakatan AS-China
ILUSTRASI. Dalam dua hari, harga minyak naik 1,34% ke US$ 59,55 per barel pada Jumat pagi.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak makin mendekati US$ 60 per barel lagi. Jumat (13/12) pukul 7.26 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 59,55 per barel.

Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini naik 0,62% ketimbang harga penutupan hari sebelumnya. Ini adalah kenaikan harga minyak di hari kedua. Kemarin, harga minyak WTI sudah naik 0,71%. Dalam dua hari, harga minyak naik 1,34%.

Harga minyak cenderung menguat dalam dua pekan ini. Pekan lalu, harga minyak terdongkrak sentimen positif penambahan volume pemangkasan produksi OPEC+ di kuartal pertama 2020.

Baca Juga: Gembira, Saudi Aramco berhasil capai target Putra Mahkota senilai US$ 2 triliun

Menjelang akhir pekan ini, harga minyak terangkat potensi kesepakatan dagang antara AS dan China. Menurut sumber Reuters, AS dan China sepakat untuk mengurangi tarid dan menunda tarif baru yang dijadwalkan pada 15 Desember. Ini merupakan bagian dari kesepakatan kedua negara dengan ekonomi terbesar tersebut. China juga menyepakati pembelian produk pertanian senilai US$ 50 miliar di tahun depan sebagai bagian dari kesepakatan.

"Semua pelaku pasar menunggu kesepakatan terjadi," kata Gene McGillian, vice president of market research Tradition Energy kepada Reuters.

Baca Juga: Wall Street mencetak rekor lagi setelah adanya laporan kesepakatan dasar AS-China

Tapi, masih ada potensi penurunan harga minyak di tahun depan. International Energy Agency (IEA) meramalkan kenaikan tajam persediaan minyak global meski ada pemangkasan OPEC. Pasokan lebih ini berasal dari AS dan negara-negara non-OPEC lain. "Meski harga menguat akibat Federal Reserve yang dovish dan pelemahan dolar, IEA menegaskan bahwa pasar minyak masih akan oversupply pada semester pertama 2020," kata Giovanni Staunovo, analis minyak UBS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×