Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Setelah mencapai posisi tertinggi dalam setahun terakhir pada Kamis (11/2) lalu, harga emas dunia harus tergelincir tipis. Namun analis menduga tren bullish emas masih terjaga.
Mengutip Bloomberg, Jumat (12/2) harga emas kontrak pengiriman April 2016 di Commodity Exchange tunduk 0,67% ke level US$ 1.239,40 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Meski demikian, dalam sepekan terakhir posisi emas sudah terangkat 7,05%.
Nanang Wahyudin, Analis PT Finex Berjangka mengatakan koreksi yang terjadi pada harga emas ini merupakan koreksi yang wajar. Pasalnya, dalam sepekan terakhir penguatan harga emas sudah sangat tajam. Ada aksi profit taking yang dilakukan pelaku pasar untuk mengambil keuntungan dari kenaikan harga tersebut.
“Kalau dilihat dari fundamental, belum ada yang menekan harga emas,” kata Nanang. Hal ini terjadi karena tingginya ketidakpastian dan kekhawatiran di pasar global. Kekacauan perbankan di Eropa, pesimisme pelaku pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed dan kecemasan akan perlambatan ekonomi di China jadi penyebab tingginya daya tarik emas.
Kepemilikan aset di Exchange Traded Products meningkat 1% ke level 1.587,5 metrik ton atau tertinggi sejak Juli 2015 lalu pada Kamis (11/2). Yang mana artinya sepanjang tahun 2016 ini aset tersebut telah meningkat sebanyak 8,6% dibanding akhir tahun 2015.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Andy Pfaff, Chief Investment Officer for Commodities at MitonOptimal Group, bahwa saat ini kekuatan harga emas seperti badai topan yang datang dari berbagai arah. Menguntungkan dari segala arah.
Maka Senin (15/2) menduga peluang penguatan emas akan kembali terbuka. “Apalagi AS sedang libur, jadi daya dorong bagi pergerakan emas akan tinggi minim kendala,” prediksi Nanang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News