Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Peningkatan produksi China menggerus harga aluminium. Padahal, permintaan komoditas logam ini belum pulih.
Mengutip Bloomberg, Rabu (21/10) pukul 13.03 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tercatat merosot 1% ke level US$ 1.529,5 per metrik ton ketimbang hari sebelumnya. Sepekan, harga menukik 3,98%.
Wang Rong, analis logam metal dari Guotai & Junan Futures Co di Shanghai, berpendapat, koreksi harga aluminium akibat membludaknya pasokan. Tiongkok selaku konsumen dan produsen aluminium terbesar di dunia terus menambah produksi.
Per September 2015, China mengekspor 350.000 ton aluminium, naik 2,8% ketimbang bulan sebelumnya. Ibrahim, Pengamat Komoditas, menjelaskan, ada beberapa faktor yang menekan harga aluminium.
Pertama, rilis data produksi industri China per September 2015 yang hanya tumbuh 5,7%. Pertumbuhan ini lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar di level 6% dan angka bulan Agustus 6,1%.
Memang pendapatan domestik bruto China per kuartal III 2015 tercatat 6,9%, lebih baik ketimbang prediksi pasar di 6,8%. "Namun, fokus pasar lebih condong terhadap data industri China yang negatif," ujar Ibrahim.
Kedua, dana bailout dari Bank Sentral Eropa untuk Yunani € 89,8 miliar yang belum dikucurkan. Padahal, Yunani harus membayar obligasi jatuh tempo setiap bulan.
Ketiga, perhatian pasar mulai berpindah ke pertemuan FOMC pada 27-28 Oktober guna menentukan apakah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed bakal mengerek suku bunga acuan.
"Fokus pasar condong ke sana. Mereka melepas komoditas, termasuk aluminium yang mengalami penurunan harga," imbuh Ibrahim.
Ibrahim menerawang, jejeran sentimen di atas akan menyebabkan harga aluminium cenderung tertekan pada Kamis (22/10).
Tapi menurut dia, harga aluminium akan terangkat pada akhir tahun. Sebab, ia optimistis The Fed bakal menunda rencana kenaikan suku bunga acuan karena perlambatan ekonomi di China maupun Eropa.
Ibrahim memperkirakan, China bakal menstimulus sektor industri guna menggairahkan pasar komoditas, semisal pemangkasan biaya listrik.
"Prediksi saya akhir tahun harga aluminium di US$ 1.700-an," tuturnya. Untuk hari ini, Ibrahimmemprediksi harga bakal bergerak di kisaran US$ 1.499,5 – US$ 1.532,5 per metrik ton. Sepekan, harga akan berada dalam rentang US$ 1.485 – US$ 1.535,5 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News