kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gulungan ekspansi MNC Studios, seperti apa?


Sabtu, 09 Juni 2018 / 14:42 WIB
Gulungan ekspansi MNC Studios, seperti apa?


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri, Michelle Clysia Sabandar | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT MNC Studios International bakal memperlebar sayap bisnisnya. Hal itu ditandai dengan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia, kemarin.

Dalam aksi korporasi tersebut, emiten berkode saham MSIN ini menerbitkan 1,56 miliar saham atau 29,99% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan menetapkan harga IPO Rp 500 per saham, anak usaha Grup MNC ini meraup dana segar senilai Rp 780 miliar. Setelah IPO, valuasi perusahaan tersebut mencapai Rp 2,6 triliun.

Mengacu prospektus perusahaan, manajemen MSIN akan menggunakan sebagian besar dana hasil IPO untuk mengembangkan bisnisnya. Perinciannya, sebesar 35% dana akan digunakan untuk mengakuisisi MNC Channels (MNCC). Saat ini, MNCC merupakan divisi usaha PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Kelak, MNC Studios akan mengakuisisi MNCC, termasuk namun tidak terbatas pada aset berwujud, Content Library, intellectual property (brand), personel, dan kontrak bisnis MNCC.

Selain itu, MSIN akan menggunakan 20% dana hasil IPO untuk membangun movie land di kawasan Lido, Jawa Barat. Manajemen juga akan memakai 33% dana IPO untuk melunasi medium term notes (MTN) MNCP.

Adapun sisa dana IPO akan digunakan untuk akuisisi dan pembentukan joint venture atau kerja sama dengan pihak lain melalui pembentukan perusahaan baru di bidang production house. Akuisisi maupun joint venture ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas produksi konten di masa mendatang.

Sebagai perusahaan hiburan, MSIN telah memproduksi sedikitnya empat dari 10 program yang disiarkan selama bulan puasa, saat sahur maupun berbuka.

MSIN juga mendirikan perusahaan joint venture dengan Triwarsana, rumah produksi dengan fokus program acara kuis dan reality show. Triwarsana adalah produsen acara reality show dan kuis independen terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai raja kuis dan reality show. Kelak, seluruh acara reality show dan kuis akan berada di bawah kendali perusahaan patungan tersebut.

Direktur Utama MSIN, Ella Kartika, mengemukakan saat ini fokus utama MNC Studios adalah menggandeng Triwarsana untuk membuat program reality show dan games show. "Di perusahaan patungan ini, MSIN menguasai 70% saham," ungkap dia.

Saat ini, proses pembentukan perusahaan patungan sudah tahap finalisasi. Namun Ella enggan menyebutkan berapa investasi yang dikeluarkan untuk membentuk perusahaan patungan tersebut.

MSIN juga menjajaki kerjasama dengan beberapa perusahaan internasional, termasuk di kawasan Asia. "Kami belum bisa katakan sekarang. Yang pasti, kami masih dalam tahap pembicaraan dengan beberapa studio di Hollywood, Korea Selatan dan beberapa negara lain," ungkap Direktur MSIN, Dewi Tembaga. Manajemen MSIN memperkirakan kerjasama akan terjalin pada tahun depan.

Lisensi film

MSIN juga memiliki hak kepemilikan sebuah film. Nantinya lisensi atas film itu akan dijual kepada perusahaan layanan over the top (OTT), seperti Iflix dan Hooq. MSIN masih bernegosiasi dengan beberapa perusahaan OTT.

Selain bekerjasama dengan mitra strategis, MSIN akan membuat konten seperti mini series atau sinetron pendek. Pada tahun ini, MNC Studios akan merilis enam hingga tujuh film. Targetnya berkisar 7 hingga 10 film. Biaya produksi yang dikeluarkan MSIN setiap memproduksi film berskala besar bisa mencapai Rp 15 miliar. Namun angka ini merupakan total secara keseluruhan hingga film tersebut nantinya dirilis.

Biasanya MNC Studios akan mendapatkan keuntungan dari perusahaan layanan OTT. Perusahan tersebut akan membeli lisensi dari sebuah film hasil produksi MSIN kemudian film tersebut bisa digunakan selama satu tahun. Setelah satu tahun, perusahaan OTT kembali harus membeli lisensi dari MSIN.

Bukan hanya dari Indonesia, pasar bisnis ini datang dari luar negeri. Perusahaan OTT Malaysia dan Hong Kong, misalnya, sudah membeli lisensi MSIN. Kabar terakhir, perusahaan Myanmar mulai mengambil konten MSIN.

Untuk mendukung produksi, saat ini MSIN masih menggunakan pendanaan internal. Selama ini, pendanaan inilah yang digunakan untuk biaya produksi sebuah film, mini series, atau sinetron.

Mengenai jenis produk mana yang paling menguntungkan, Dewi menyebutkan semua produk yang dihasilkan berkontribusi bagi perusahaan. "Kalau ditanya saya pasti mengatakan semua menguntungkan. Tapi jika berbicara kontribusi, saat ini sinetron yang paling menguntungkan," tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×