kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Grup Salim dan Sinarmas tertarik beli bisnis beras AISA?


Kamis, 22 Februari 2018 / 23:34 WIB
Grup Salim dan Sinarmas tertarik beli bisnis beras AISA?
ILUSTRASI. Produk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) atau TPS Food


Reporter: Riska Rahman | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua grup konglomerasi besar dikabarkan tertarik untuk mengambil alih bisnis beras PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Transaksi ini pun sedang melalui proses due diligence.

Menurut kabar yang beredar di pasar, Grup Salim dan Grup Sinarmas tertarik untuk mengambil alih bisnis beras milik emiten berkode AISA ini. Pengumuman mengenai hal ini kabarnya akan diumumkan pada Maret nanti.

Direktur Keuangan AISA Sjambiri Lioe mengaku sudah ada beberapa pihak yang akan membeli anak usaha beras milik mereka. Meski ia tidak menyebutkan pihak pembelinya, perjanjian jual beli ini akan dibuat di tahun ini.

AISA diperkirakan bisa memperoleh dana hingga Rp 3 triliun dari penjualan entitas anak yang bergerak di sektor beras ini. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk membayar utang-utang yang dimiliki AISA.

Rencana divestasi bisnis beras ini pun sempat disampaikan oleh manajemen AISA dalam rapat umum pemegang obligasi (RUPO) dan rapat umum pemegang sukuk ijarah (RUPSI) yang diadakan Oktober 2017 lalu. Sebab, obligasi dan sukuk ijarah AISA dijamin dengan aset tetap anak usaha mereka seperti PT Jatisari Srirejeki dan PT Sukses Abadi Karya Inti.

Awalnya, bisnis beras tersebut rencananya akan dijual dulu ke PT JOM Prawarsa Indonesia sebelum menjualnya ke investor strategis. Perusahaan ini memiliki afiliasi dengan AISA lantaran dimiliki oleh Direktur Utama AISA, Stefanus Joko Mogoginta.

Penolakan ini membuat AISA harus mencari cara lain untuk melancarkan rencana divestasi ini. "Saat ini manajemen masih terus menyusun rencana terkait penjualan bisnis beras ini," teran Sekretaris Perusahaan AISA Ricky Tjie kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2).

Namun, saat dikonfirmasi mengenai calon pembeli bisnis beras tersebut, Ricky mengaku masih belum bisa memberikan informasi lebih lanjut mengenai rencana tersebut. Pasalnya, saat ini manajemen masih terus menyusun strategi yang tepat untuk divestasi ini.

KONTAN pun mencoba mengkonfirmasi kabar ini ke pihak Grup Salim dan Grup Sinarmas. Namun, Corporate Secretary PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Stefanus Indrayana mengaku belum mendengar soal kabar ini.

Managing Director Sinarmas Group Saleh Husein juga mengaku baru mendengar kabar tentang rencana pembelian bisnis beras AISA ini oleh Grup Sinarmas. "Setahu saya Sinarmas juga belum punya rencana untuk masuk ke bisnis beras," pungkas dia.

Di sisi lain, pada 7 Maret 2018 nanti AISA berencana menggelar RUPO dan RUPSI. Namun, dari pengumuman yang disampaikan di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (21/2) lalu, AISA baru akan menyampaikan agenda rapat pada saat pemanggilan nanti.

Meski berpotensi membuat AISA kehilangan pendapatan hingga lebih dari Rp 2 triliun, Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja memandang divestasi bisnis beras ini bisa memberikan dampak positif bagi AISA untuk jangka panjang. Sebab, penjualan ini membuat rasio utang terhadap ekuitas (DER) AISA jadi berkurang.

Merujuk pada laporan keuangan kuartal III-2017 lalu, jumlah liabilitas AISA mencapai Rp 5,22 triliun. Sedangkan jumlah ekuitas AISA hanya sebesar Rp 4,43 triliun.

Meskipun kontribusinya kecil, namun bisnis makanan masih mampu menopang kelangsungan bisnis AISA. "Sebab, pertumbuhan bisnis makanan sejauh ini cukup baik," imbuh Joni.

Walau begitu, Joni masih merekomendasikan hold untuk saham AISA setidaknya sampai divestasinya dan utang obligasi yang jatuh tempo dalam waktu dekat berhasil diselesaikan oleh emiten sektor konsumer ini. Ia pun memasang target harga di level Rp 550 per saham. Pada penutupan perdagangan Kamis (22/2), saham AISA menguat 3,81% di harga Rp 545.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×