kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Godaan emas Gunung Bakan (2)


Rabu, 31 Mei 2017 / 12:25 WIB
Godaan emas Gunung Bakan (2)


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini

Pagi hari, saat libur kenaikan Isa Almasih Kamis (25/5), tak membuat 2.000 gurandil alias penambang liar di Gunung Bakan, Desa Bakan, Kecamatan Laloyan, Bolaang Mongondow Sulawesi Utara berhenti bekerja. Bahkan mereka begitu semangat menyiapkan beberapa keperluan di tempat tinggal mereka di Desa Bakan, desa terdekat dari lokasi tambang.

Para gurandil itu menyiapkan materi bahan baku untuk menambang, ada berupa kapur agar menjaga PH air, balok kayu untuk penyangga lubang dan beberapa zat berbahaya yang bisa digunakan untuk pengolahan emas.

Mayoritas para penambang tersebut berasal dari luar Manado. Ada dari Jawa, sebagian lagi mengaku datang dari Palu, Ambon dan Makassar.

Tidak sulit mencirikan para penambang liar, biasanya mereka hanya menggunakan kaos, celana pendek dan sepatu bot plastik. Setelah lengkap berpakaian, penambang liar siap bekerja di open pit yang biasanya digali oleh 10 orang.

Sedangkan underground pit dengan lubang berdiameter 1 x 1 meter ditambang oleh tiga orang. Ketiganya hanya dibekali head lamp, dengan menggunakan tali dan katrol penambang.

Ada juga lubang penambangan sedalam 150 meter dengan diameter 4 meter, yang bisa menampung ratusan orang di dalamnya. Bahkan di sana tersedia kasur dan kamar mandi sederhana untuk mendukung kegiatan penambangan. "Saya akan naik ke atas setelah 6 jam di dalam lubang," ungkap SM (54 tahun) salah satu penambang liar.

Dia berkisah, dirinya pernah diajak bekerja di PT J Resources Bolaang Mongondow. Namun ia menolak, karena soal fleksibel waktu dan gaji yang ditawarkan.

Di tambang liar itu ia bisa mendapatkan uang lebih banyak. Satu karung isi material tanah dibayar Rp 3.000-Rp 6.000. Pembayaran setiap peran di sana berbeda-beda. Ada penggali tanah, mandor dan pengangkut material. "Kalau saya, pendapatan sebulan bisa di atas Rp 2,5 juta," kata dia, Kamis (25/5).

Jika para penambang liar itu lelah usai menambang, ada seonggok kasur kusam yang siap ditiduri di dalam tenda-tenda itu. Untuk mencari air minum yang membasahi kerongkongan, mereka menggunakan jasa anjing untuk mengendus sumber air yang sudah tercemar merkuri atau sianida.

Berbeda dengan SM yang sering turun ke under ground pit, IS (45) selama 10 hari ini hanya bertugas memastikan penggunaan sianida dan karbon di bak berjalan konsisten dan berkelanjutan tanpa ada gangguan. Dia tak akan turun gunung selama 10 hari. "Saya sudah puluhan tahun ikut juragan penambang liar," kata dia.

Berdasarkan pengalaman menambang liar, kata dia, penambang liar tidak pernah kapok. Jika di satu lokasi ditutup, akan ke lokasi yang lain. Tapi. "Saya bosan bila ada razia atau penggerebekan tambang ilegal yang dilakukan pemerintah setempat," ungkap dia.

FC, (41) menuturkan, alasan menjadi penambang ilegal karena tidak membutuhkan ijazah dan keahlian khusus. Itu sebabnya banyak peminat. "Untuk menyambung nafas dan keluarga saya," kata dia. Hasil di tambang ilegal menurutnya, dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Soal keselamatan, kata dia, tidak menjadi masalah. Ia merasa sudah bisa membaca bencana alam. "Saat di lubang memang sering terjadi gempa," kata dia. Akibat gempa itu biasanya tanah di dalam lubang retak dan hanya tinggal menambal dengan tanah lempung.

Namun, bila terjadi gempa lagi dan kemudian tanah lempung tersebut terpisah artinya mereka harus segera keluar karena dipastikan akan longsor. "Ada banyak teman meninggal, ya, kalau longsor dan kita lagi di dalam tanah seperti itu susah naiknya," kata dia.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×