kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gagal kantongi lisensi 5G, analis masih rekomendasikan beli EXCL


Selasa, 29 Desember 2020 / 06:32 WIB
Gagal kantongi lisensi 5G, analis masih rekomendasikan beli EXCL
ILUSTRASI. Teknisi XL Axiata melakukan pemeriksaaan terhadap perangkat jaringan saat uji coba Dynamic Spectrum Sharing (DSS) di Depok, Jawa Barat, Rabu (23/12/2020)


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gagal mendapatkan lisensi sebagai operator 5G, prospek kinerja PT XL Axiata Tbk (EXCL) di tahun depan diprediksi masih sekuat tahun ini. Harapan belum pupus, emiten halo-halo tersebut juga masih berikhtiar untuk mendapatkan lisensi lainnya untuk memperkuat jaringan ke depan.

Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya mengungkapkan, kinerja EXCL hingga September 2020 masih sejalan atau in line dengan ekspektasinya.

Menurutnya, hasil tersebut sejalan dengan solidnya pendapatan data yang didorong peningkatan pengguna internet di Indonesia selama pandemi Covid-19.

Sebagai gambaran, dalam sembilan bulan pertama 2020 emiten halo-halo tersebut berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebanyak 5% yoy di level Rp 19,65 triliun.

Sehingga, net profit EXCL berhasil dibukukan sebanyak Rp 2,07 triliun per September 2020 atau melesat 316,3% dari capaian periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 498 miliar.

Baca Juga: XL Axiata melakukan uji coba teknologi 5G di spektrum 4G

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengumukan hanya tiga operator seluler yang memenuhi syarat dan lolos seleksi administrasi untuk mendapatkan lisensi pita frekuensi 2,3 GHz pada rentang 2360-2390 MHz.

Ferkuensi tersebut, nantinya dapat digunakan untuk menyelenggarakan jaringan 5G di Indonesia. Sayangnya, EXCL gagal untuk mendapatkan lisensi tersebut.

"XL gagal memenangkan lelang frekuensi 2,3 GHz, namun kami melihat untuk saat ini dampaknya tidak terlalu signifikan pada kinerja XL," ujar Anissa kepada Kontan.co.id, Senin (28/12).

Apalagi, Anissa mengungkapkan bahwa emiten telekomunikasi tersebut juga masih menunggu lelang frekuensi lainnya, seperti 700MHz, 2,6 GHz dan juga 3,5 GHz yang akan dilaksanakan di tahun-tahun mendatang. Untuk itu, XL Axiata saat ini juga menyiapkan jaringan melalui uji coba teknologi Decision Support System (DSS).

Asal tahu saja, teknologi DSS memungkinkan operator untuk memanfaatkan spektrum yang sama, untuk menggelar baik layanan 4G maupun 5G. Sehingga, Anissa pun masih cukup optimistis terhadap prospek kinerja EXCL di tahun mendatang.

"Kami proyeksikan pendapatan EXCL bakal naik 7% di kisaran Rp 26,9 triliun tahun ini, dengan laba bersih yang tumbuh 110% ke kisaran Rp 1,5 triliun atau lebih tinggi dari capaian 2019 yakni Rp 712 miliar," ungkapnya.

Selain itu, dengan masih tingginya kebutuhan internet yang tercermin di tahun ini, diprediksi masih akan berlanjut di tahun depan. Mengingat, dampak pandemi Covid-19 diprediksi masih akan tercermin di tahun depan.

Baca Juga: Anak usaha data center XL Axiata meningkatkan modal

Di sisi lain, Anissa memandang hadirnya undang-undang cipta kerja atau omnibus law juga turut mendorong kinerja EXCL di tahun depan.

Terutama, adanya sharing spektrum hingga penetapan batas atas dan bawah untuk layanan telekomunikasi sehingga bisa meredam terjadinya perang harga. Mengingat, perang harga yang terjadi saat ini dinilai bisa mengganggu kinerja perseroan.

Adapun untuk tantangan kinerja EXCL di tahun depan, diperkirakan masih terkait dengan daya beli masyarakat yang tertekan.

Terlebih jika kembali muncul risiko bahwa pandemi masih akan berlanjut dan terjadi perang harga antar provider atau operator. Meskipun begitu, Anissa merekomendasikan beli saham EXCL dengan target harga Rp 3.320 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×