kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fundamental mendukung tren kenaikan harga timah


Jumat, 20 Mei 2016 / 20:10 WIB
Fundamental mendukung tren kenaikan harga timah


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Timah merupakan komoditas logam dengan prospek cukup cerah tahun ini. Harga timah memiliki peluang naik seiring dengan tekanan pada produksi Indonesia.

Mengutip Bloomberg, Kamis (19/5) harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 1,6% ke level US$ 16.510 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga timah terkikis 1%.

Analis PT Asia Tradepoint Futures, Andri Hardianto mengatakan, timah masih akan bergerak dalam tren positif setidaknya hingga akhir semester pertama. Kondisi fundamental yang cukup kuat akan mendukung kenaikan harga timah.

"Dalam komoditas, faktor demand dan supply lebih berpengaruh ke harga dibanding sentimen dari mata uang dollar AS," imbuhnya.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Agung Nugroho seperti dikutip Bloomberg memaparkan, smelter di Indonesia beroperasi pada kapasitas rendah di tengah ketatnya persediaan bijih timah akibat penurunan harga dan peraturan pemerintah.

PT Timah yang menyumbang sekitar setengah dari total produksi timah dalam negeri memperkirakan, produksi tahun ini bisa jatuh ke 60.000 metrik ton dibanding 67.350 pada tahun 2015. Angka tersebut juga akan menjadi level terendah sejak 58.794 ton pada tahun 2002, berdasarkan data dari World Bureau of Metal Statistics.

Pemerintah telah memberlakukan berbagai pembatasan untuk industri timah dalam negeri, termasuk pembatasan produksi dan penjualan ke luar negeri, memperketat perpajakan dan standar kualitas, hingga mewajibkan eksportir untuk melakukan perdagangan timah di bursa lokal sebelum pengiriman ke luar negeri.

Di samping itu, masalah lingkungan juga telah memakan korban. Pada bulan Februari, smelter terbesar kedua, PT Refined Bangka Ton menyatakan telah menghentikan operasi dengan alasan lingkungan. Sedangkan PT Timah menghentikan penambangan lepas pantai di bulan Januari setelah mendapat keluhan dari nelayan lokal.

Andri menambahkan, transaksi timah di bursa komoditas Shanghai menunjukkan kenaikan pada bulan April. Hal ini sejalan dengan kebijakan China untuk memperkuat cadangan di saat harga murah sehingga dapat menekan harga jual barang-barang industri. Impor timah China pada kuartal pertama tahun ini seberat 2.400 ton naik dari kuartal sebelumnya 1.600 ton.

Dengan kondisi ini, Andri optimistis harga timah pada semester pertama tahun ini akan menyentuh US$ 17.900 per metrik ton dan melaju ke US$ 18.800 per metrik ton pada akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×