kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ETWA memompa produksi biodisel


Kamis, 07 Februari 2013 / 08:30 WIB
ETWA memompa produksi biodisel
ILUSTRASI. Pelajar China menyumbang sepertiga terhadap sektor pendidikan internasional Australia yang bernilai US$ 25,2 miliar per tahun. REUTERS/Sandra Sanders


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Lantaran permintaan biodiesel semakin meningkat, PT Eterindo Wahanatama Tbk pun berencana mengerek produksi tahun ini. Perusahaan berkode saham ETWA ini menargetkan produksi biodiesel berkisar 90.000-102.000 metrik ton (MT). Target tersebut lebih tinggi 48%-67% ketimbang hasil produksi tahun lalu, sejumlah 60.791 MT.

Investor Relation Eterindo, Bambang Suyitno menyebut, perusahaan berupaya meningkatkan produksi tahun ini, karena volume penjualan biodiesel tahun lalu melebihi hasil produksi, yaitu mencapai 62.693 MT.

Apalagi, akhir tahun lalu, perusahaan mengantongi kontrak pengadaan biodiesel dari Pertamina untuk salah satu Depo di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada tahap awal, Eterindo akan mengirim 1.000 MT kepada Pertamina. "Kami berharap pengiriman biodiesel ke Balikpapan ini akan terus bertambah sesuai kebutuhan Pertamina," tutur Bambang.

Selain itu, tahun ini, perusahaan juga akan menambah kapasitas terpasang pabrik menjadi 140.000 MT. Artinya, kapasitas pabrik bakal dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, yakni 70.000 MT. Eterindo memang terlihat gencar mengerek bisnis biodiesel.

Maklum, penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar di Indonesia tahun ini diproyeksi meningkat menjadi 7,5%, dari tahun lalu sebesar 5%. "Untuk menaikan kapasitas terpasang, kami akan melakukan perbaikan rutin pada peralatan pabrik biodiesel di Gresik", tutur Presiden Direktur Eterindo, Immanuel Sutarto, Rabu (6/2) kemarin.

Saat ini Eterindo menjalankan tiga bidang usaha, yaitu biodiesel, perdagangan bahan kimia, dan perkebunan sawit. Tahun lalu, pendapatan terbesar disumbang bisnis biodiesel yaitu 63,2%. Sisanya, berasal dari bisnis kimia  36,8%.

Genjot bisnis sawit

Tahun ini ditargetkan kontribusi biodiesel naik menjadi 70%, sementara bisnis kimia otomatis turun menjadi 29%. "Pada kuartal I tahun ini, kebun sawit akan panen perdana, sehingga kami berharap bisnis ini bisa berkontribusi 1% tahun ini," kata Bambang.

Bisnis sawit memang terbilang baru bagi Eterindo. Makanya, tahun ini perusahaan akan lebih gencar mengembangkan bisnis ini. ETWA menyiapkan investasi Rp 450 miliar untuk penanaman lahan sawit dan bikin pabrik pengolahan sawit.

 Kata Bambang, perusahaan memiliki lahan konsesi seluas 40.000 hektare (ha), namun luas lahan yang layak tanam hanya 24.000 ha. Adapun, luas lahan yang telah ditanami sekitar 5.712 ha. Tahun ini Eterindo akan menambah lahan tertanam sekitar 7.000 ha.

Kata Bambang, untuk menanam 1 ha perlu investasi Rp 45 juta. Dengan demikian, ETWA harus merogoh kocek Rp 315 miliar untuk penanaman di lahan sawit baru.
 
Sisa dana Rp 135 miliar akan digunakan membangun pabrik pengolahan kelapa sawit di Kalimantan Barat. Pabrik itu berkapasitas 45 ton per jam, yang dapat dinaikkan menjadi 60 ton per jam.

Namun Bambang belum bisa merinci realisasi pendapatan tahun ini lantaran masih proses audit. Namun, tahun ini, Eterindo menargetkan bisa meraih pertumbuhan pendapatan 10%-15% dari target pendapatan tahun lalu.

Asal tahu saja, tahun lalu perusahaan mematok pendapatan Rp 1 triliun. Jika mengacu pada target itu, maka pendapatan tahun ini diperkirakan bisa mencapai Rp 1,1 triliun-Rp 1,15 triliun.

Immanuel optimistis, bisa mencapai target kinerja tahun ini. "Kami masih melihat kondisi untuk memastikan target pendapatan. Tapi, kalau kebijakan pemerintah tidak berubah, kami yakin bisa mencapai target tahun ini", ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×