Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nasib emiten konstruksi pelat merah tahun ini belum membaik. Tiga emiten konstruksi BUMN belum berhasil mencapai target kontrak baru di tahun ini.
Ini terjadi antara lain pada PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Per November, ADHI baru memperoleh kontrak baru Rp 13,15 triliun, atau 63% dari target awal di Rp 21 triliun.
Angka ini sudah termasuk tiga kontrak anyar yang didapat pada November lalu. Yakni, proyek Jalan Tol Cisumdawu Fase I, Jaringan Irigasi Serayu Sumpiuh dan Terowongan Nanjung. Jika ditotal, nilai ketiga proyek tersebut sekitar Rp 1,15 triliun.
Tapi perlu dicatat, perolehan kontrak baru ADHI tersebut di luar kontrak light rail transit (LRT) Jabodebek. Jika digabungkan, maka ADHI sudah memperoleh kontrak baru Rp 33,3 triliun.
Proyek LRT ini sempat terkendala masalah dana. Tapi kini ADHI sudah dapat kepastian soal pendanaan. Jumat lalu (22/12), ADHI dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menandatangani kesepakatan pembayaran LRT. Ki Syahgolang Permata, Corporate Secretary ADHI, mengatakan, LRT akan dibayar pemerintah melalui KAI berdasarkan progres pekerjaan yang diperiksa Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Perolehan kontrak baru PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga kurang oke. Per November lalu, kontrak baru WSKT cuma Rp 48,3 triliun, 80% dari target awal Rp 60 triliun.
Tapi perolehan kontrak baru PTPP cukup oke. Hingga November, kontrak baru perusahaan ini telah mencapai Rp 37,4 triliun, setara 92% dari target yang dicanangkan perusahaan di awal tahun. "Masih sesuai target," ujar Direktur Utama PTPP Tumiyana kepada KONTAN belum lama ini.
Aurelia Barus, Analis CIMB Sekuritas, mengatakan, secara historis, permintaan proyek konstruksi melemah saat memasuki tahun politik. Tapi, hal ini bukan berarti awan mendung bakal menyelimuti sektor konstruksi.
Meskipun melemah, perolehan kontrak yang didapat saat ini masih solid. Perolehan kontrak saat ini sudah setara dengan realisasi pendapatan selama tiga tahun. "Hal ini menunjukkan risiko penurunan kontrak yang rendah," ujar Aurelia dalam riset 15 Desember lalu.
Prospek sektor konstruksi juga masih positif. Ada 245 proyek strategis nasional. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 53% yang tahap pembangunannya sudah dikerjakan.
Tapi banyaknya proyek memang membuat arus kas BUMN konstruksi seret dan rasio utang meningkat. "Tapi, rasionya masih manageable dan sesuai yang dipersyaratkan," imbuh Aurelia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News