kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.420.000   9.000   0,64%
  • USD/IDR 15.495
  • IDX 7.544   55,62   0,74%
  • KOMPAS100 1.163   9,60   0,83%
  • LQ45 943   8,85   0,95%
  • ISSI 222   1,56   0,71%
  • IDX30 478   4,83   1,02%
  • IDXHIDIV20 577   6,26   1,10%
  • IDX80 132   1,33   1,02%
  • IDXV30 139   2,63   1,93%
  • IDXQ30 160   1,46   0,92%

El Nino bisa hambat produksi SGRO hingga 2 tahun


Rabu, 04 Juni 2014 / 15:14 WIB
El Nino bisa hambat produksi SGRO hingga 2 tahun
ILUSTRASI. Cara setting proxy WhatsApp.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) tengah cemas menghadapi kemungkinan badai El Nino yang diperkirakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Juni-September ini.

Michael Kesuma, Kepala Hubungan Investor SGRO menuturkan, El Nino biasanya akan menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya. Hal ini tentunya bakal menghambat produksi perkebunan kelapa sawit SGRO.

Secara historis, El Nino dapat menurunkan produksi perkebunan SGRO dalam 6 bulan hingga 2 tahun. "Itu tergantung intensitasnya. Akan lebih baik jika satu bulan kering, terus ada hujan dulu, karena itu akan membantu kami," kata Michael kepada KONTAN, Rabu (4/6).

Masalah cuaca yang tidak mendukung seperti ini sudah dirasakan dampaknya oleh SGRO pada tahun 2013. Produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) SGRO turun 23% year-on-year (yoy) menjadi 271.206 ton.

Pun demikian dengan produksi tandan buah segar (TBS) di Sumatera yang turun 26% yoy menjadi 1,02 juta ton. Sementara produksi TBS perkebunan SGRO di Kalimantan turun 3% yoy menjadi 335.723 ton.

"Padahal, tanaman menghasilkan terus bertambah. Namun, karena cuaca tidak mendukung, produksi kami turun," ungkap Michael. SGRO tentu tidak mau pasrah dengan ancaman ini.

Michael bilang, SGRO sudah menyiapkan beberapa langkah antisipasi untuk mengurangi dampak negatif El Nino di seluruh area perkebunan sawit miliknya. SGRO, misalnya, sudah menambah penerapan limbah cair di lingkungan perkebunan.

Soalnya, limbah cair bisa digunakan sebagai tambahan pupuk organik di kala kekeringan tengah melanda. SGRO juga berusaha mengimbangi potensi penurunan produksi kelapa sawit dengan memacu diversifikasi di bisnis karet dan sagu.

Kontribusi dua bisnis baru SGRO itu memang masih nihil lantaran masih dalam tahap pengembangan. Untuk itu, fokus SGRO adalah menambah luas tertanam karet seluas 1.000-2.000 hektare (ha) di tahun ini.

Penanaman baru mutlak dilakukan lantaran luas tertanam karet SGRO baru mencapai 100 ha. Penanaman baru yang mulai dilakukan tahun lalu tentunya baru akan memasuki tahap produksi pada tahun 2017 nanti.

Soalnya, tanaman karet membutuhkan waktu empat hingga lima tahun untuk mencapai skala produksi. SGRO juga melakukan penanaman baru tanaman sagu. Tahun ini, SGRO berniat menambah luas tertanam sagu seluas 1.000-2.00 ha.

Ini adalah kelanjutan proyek SGRO di tahun lalu yang sudah menambah areal tertanam sagu seluas 1.600 ha. Kendati dibayangi kekeringan panjang, SGRO belum berniat merevisi target produksi TBS yang mencapai 1,7 juta ton di tahun ini.

"Sejauh ini, belum ada revisi karena kami masih memantau situasi dalam beberapa bulan ke depan," ungkap Michael.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Sustainability Reporting with GRI Standards Practical Business and Social Responsibility berbasis ISO

[X]
×