kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspansi kredit, bank-bank berlomba mencari dana dari obligasi


Rabu, 08 Agustus 2018 / 17:13 WIB
Ekspansi kredit, bank-bank berlomba mencari dana dari obligasi
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah di Kantor Cabang Bank Mandiri


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun 2018, bank ramai mencari pendanaan dari penerbitan obligasi maupun aksi korporasi lain. PT Bank Mandiri Tbk misalnya menerbitkan obligasi sebagai bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) I tahap III 2018 dengan target dana sebesar Rp 3 triliun. Adapun, PUB I Tahap III tahun 2018 ini adalah bagian dari PUB I Bank Mandiri dengan total size sebesar Rp 14 triliun.

Sebelumnya pada tahn 2016 dan 2017, bank berlogo pita emas ini telah menerbitkan obligasi sebesar Rp 11 triliun yang terbagi dalam dua tahap. Pada PUB Tahap I 2016 Bank Mandiri sudah menerbitkan obligasi senilai Rp 5 triliun dan pada PUB tahap II tahun 2017 sebesar Rp 6 triliun.

Direktur Tresuri dan Internasional Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, penerbitan obligasi ini dimaksudkan untuk memperkuat struktur pendanaan bank untuk menopang ekspansi kredit.

Dalam penerbitan ini, Bank Mandiri telah menunjuk enam perusahaan penjamin emisi yakni Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas dan Trimegah Sekuritas. PUB I Tahap III ini akan diterbikan dengan tenor 5 tahun dengan kisaran kupon 7,75% sampai 8,5%. "Calon investor akan melihat kupon tidak lebih rendah dari 7,75% dan tidak lebih tinggi dari 8,5%. Kalau mau pastikan ya agak yang ke kiri sedikit," kata Darmawan di Jakarta, Rabu (8/8).

Menurut Darmawan, nantinya rasio kredit terhadap pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) Bank Mandiri akan terjaga di kisaran 92% sampai 93% dengan adanya penerbitan obligasi ini. Sementara itu, Pejabat Eksekutif Bidang Keuangan Bank Mandiri Panji Iriawan menjelaskan, aksi korporasi ini merupakan yang terakhir dilakukan Bank Mandiri pada tahun ini.

Sebelumnya, Bank Mandiri telah menerbitkan medium term notes (MTN) sebesar Rp 500 miliar dalam rangka pemenuhan kewajiban Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal surat utang. "Penerbitan ini menjadi penutup aksi korporasi Bank Mandiri di tahun ini. Dengan book building sampai 24 Agustus dan pencairan pada minggu kedua di bulan September 2018," ujar Panji.

Panji menerangkan, dana yang diperoleh dari PUB I Tahap III ini akan dipakai untuk mendorong penyaluran kredit. Terutama untuk pembiayaan dengan tenor jangka panjang.

Nantinya sektor yang akan disasar cukup beragam, namun mayoritas akan disalurkan ke kredit segmen korporasi. "Mayoritas profilnya kredit lima tahunan akan sangat cocok sekali bila sumber dananya lima tahun juga, jadi akan dimanfaatkan untuk kredit di atas 3 sampai 5 tahun," ungkapnya.

Sebagai informasi saja, sampai dengan Juni 2018 lalu Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp 762,5 triliun atau meningkat 11,8% secara tahunan atau year on year (yoy). Dari pencapaian tersebut, pertumbuhan tertinggi berasal dari kredit segmen korporasi yang meningkat 22,2% dengan realisasi sebesar Rp 296,8 triliun.

Sebagian besar kredit korporasi Bank Mandiri disalurkan untuk pembiayaan infrastruktur. Per Juni 2018, bank BUMN ini telah mencatatkan penyaluran kredit infrastruktur sebesar Rp 165,8 triliun atau 65% dari total komitmen yang diberikan, yaitu Rp 255,3 triliun.

Kredit tersebut disalurkan kepada lebih dari tujuh sektor yakni transportasi (Rp 39,3 triliun), tenaga listrik (Rp 36,8 triliun), migas dan energi terbarukan (Rp 24,1 triliun), konstruksi (Rp 18,3 triliun), Jalan (Rp 10,6 triliun), perumahan rakyat dan fasilitas kota (Rp 9,5 triliun), telematika (Rp 17,5 triliun), dan infrastruktur lainnya (Rp 9,6 triliun).

Selain Bank Mandiri, beberapa bank juga aktif melangsungkan aksi korporasi dalam rangka memperkuat pendanaan dan struktur permodalan. PT Bank Mayapada Internasional Tbk misalnya juga berencana menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) di semester II 2018 ini.

Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi mengatakan lewat obligasi subordinasi ini pihaknya mengincar dana sebesar Rp 3 triliun. Bila sesuai dengan jadwal, penerbitan tersebut akan dilangsungkan pada bulan September 2018 mendatang.

"Untuk subdebt saat ini masih berproses di OJK pasar modal, jadi kuponnya belum bisa disampaikan, untuk subdebt ini akan masuk ke komponen tier II karena tenornya lebih dari 5 tahun," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/8).

Selain obligasi, Bank Mayapada juga akan lebih dulu melangsungkan penawaran umum terbatas XI dengan cara hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue kepada pemegang saham, dengan target dana sebesar Rp 2 triliun. Berbeda dengan obligasi, rights issue ini akan masuk ke komponen tier I guna memperkuat sisi permodalan.

Menurut Haryono, mayoritas dana tersebeut akan digunakan untuk ekspansi yakni menopang target kredit dan laba agar tumbuh sebesar 15% pada akhir tahun.

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) berencana menerbitkan obligasi PUB Tahap II 2018 senilai Rp 2 triliun pada kuartal III atau bulan September 2018 mendatang. Bank BJB menyebut, penerbitan obligasi ini merupakan bagian dari PUB 2017 Bank BJB sebesar Rp 4,2 triliun.

"PUB Tahap II itu mungkin di Agustus atau September. Sekitar Rp 2 triliun sisanya. Dananya untuk membiayai kredit produktif, terutama proyek-proyek infrastruktur di Jawa Barat," kata Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan.

PT Bank OCBC NISP Tbk juga berencana menerbitkan obligasi. Bedanya, bank bersandi emiten bursa NISP ini akan menerbitkan obligasi hijau (green bond) dengan komitmen investasi senilai US$ 150 juta.

Lantaran masih terbilang baru, penerbitan obligasi ini akan diserap oleh Internasional Finance Corporation, anggota grup Bank Dunia. Pada tahap awal ini, emisi obligasi OCBC NISP tidak melewati proses penawaran umum maupun pencatatan di bursa. Obligasi ini akan memiliki tenor 5 tahun. Namun OCBC NISP masih enggan mengungkapkan besaran kupon yang akan ditawarkan pada instrumen ini.

Nantinya, dana yang diperoleh akan dipakai untuk penyaluran kredit kepada pelanggan IFC. Antara lain, kredit yang disalurkan hanya spesifik untuk membiayai proyek-proyek yang berwawasan lingkungan hidup. Beragam proyek yang akan dibiayai antara lain pengembangan green building, infrastruktur ramah lingkungan, pengelolaan air bersih dan limbah, energi terbarukan dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×