Reporter: Andy Dwijayanto, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sejak awal tahun hingga kemarin, jadwal pembagian dividen masih bergulir di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini menjadi salah satu pendorong pasar, selain pengumuman kinerja kuartal pertama dan rencana emiten menggelar aksi korporasi tahun ini.
Namun dari beberapa emiten yang sudah mengkonfirmasi pembagian dividen tahun 2015, nilainya turun dibandingkan periode sebelumnya. Ini mengindikasikan ekonomi tahun lalu melambat, sehingga menekan kinerja emiten.
Hanya sektor perbankan yang dividennya tak terlalu berbeda. Kabar teranyar, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berniat membagi dividen tunai 2015 sebesar Rp 289,73 per saham. Total dividen itu mencapai Rp 611 miliar atau 30% dari total laba bersih yang mencapai Rp 2,04 triliun.
Teguh Hidayat, Direktur Avere Investama, menilai, tahun ini jumlah dividen yang dibagikan perseroan kepada pemegang saham menyusut dibandingkan periode sebelumnya. Dia mengakui, pembagian dividen merupakan salah satu faktor yang membuat arah pasar positif, setidaknya sampai proses pembagian dividen selesai pada Mei atau Juni, indeks saham masih diprediksi membaik.
Jika tak ada faktor eksternal dan internal yang terlalu mengguncang, tentu isu pembagian dividen bisa mengerek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Apapun itu, indeks saham masih sangat dipengaruhi faktor luar seperti pertumbuhan ekonomi Tiongkok, isu kenaikan suku bunga The Fed.
Menurut Teguh, pembagian dividen merupakan sinyal positif bagi pasar. Hal ini berarti perusahaan tidak merugi dan mampu tumbuh di tengah keterpurukan ekonomi tahun lalu.
Dia melihat, ada tiga kelompok besar emiten terkait pembagian dividen. Pertama, emiten yang usahanya sudah mature, sehingga tidak membutuhkan cash. Kedua, emiten yang rajin memberi dividen tiap tahun.
Ketiga, emiten yang menahan dan tak membagikan dividen, dengan alasan ekspansi. "Perusahaan kategori blue chip, dari dulu membagikan dividen fixed antara 30% sampai 40% dari laba bersih," ujar Teguh kepada KONTAN, Kamis (14/4).
Sedangkan emiten yang bisnisnya sudah mature, kerap membagikan dividen 100% dari laba bersih. Ini karena pencapaian perusahaan sudah baik dan tidak membutuhkan dana untuk ekspansi. Bagi perusahaan yang tidak membagikan dividen, bisa berarti tahun lalu tidak untung atau tahun ini membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis.
Perusahaan yang masih melihat ada peluang berkembang, juga tidak membagikan dividen. "Mereka rata-rata perusahaan menengah ke bawah, tak mau utang bank dalam jumlah besar. Jadi menahan diri membayar dividen saja," kata Teguh.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, pasar bisa cerah terangkat pembagian dividen. Tapi hitungannya, itu hanya berlangsung sampai tengah tahun ini. Pasar masih menghadapi tantangan beberapa isu baik kebijakan pemerintah maupun isu eksternal.
"Setelah dividen keluar biasanya indeks bakal naik. Tapi kalau tidak ada katalis positif, pasar akan koreksi lagi pada Mei," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













