kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana asing keluar dari SBN cuma sementara


Minggu, 28 Mei 2017 / 19:55 WIB
Dana asing keluar dari SBN cuma sementara


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pasca Standard & Poor's (S&P) menaikkan peringkat surat utang dalam negeri ke level investment grade, investor asing cenderung melepaskan investasinya di surat berharga negara (SBN) domestik. Analis menilai, hal tersebut sangat wajar terjadi dan sifatnya hanya sementara.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan kepemilikan asing per 19 Mei hingga 23 Mei 2017, arus dana asing yang cabut dari dalam negeri senilai 3,89 triliun ke posisi Rp 738,44 triliun.

Ifan Mohamad Ihsan, Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menilai, sebetulnya kondisi asing keluar dari pasar SBN sifatnya hanya sementara.

Menurutnya outflow kemarin lebih disebabkan faktor global seperti penurunan peringkat surat utang China oleh Moody's Rating karena anjloknya harga minyak mentah dunia jenis WTI dan Brent.

Lalu, rilis notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang menyatakan bahwa kenaikan Fed Fund Rate (FFR) berikutnya masih sesuai rencana juga menjadi pengaruh.  

"Sehingga asing masih wait and see terhadap perkembangan faktor global dan cenderung melepas portofolio investasinya yang cukup berisiko," kata dia.

Meski demikian, pasca outflow tersebut, kini asing mulai menaruh duitnya kembali untuk berinvestasi di surat utang domestik. "Terbukti lelang surat utang negara (SUN) lalu juga kelebihan penawaran yang membuktikan asing perlahan masuk," ujarnya.

Dengan kado rating yang dihadiahkan oleh S&P, Ifan optimistis akan menjadi energi positif bagi surat utang domestik dan bisa memperluas basis investor asing yang mungkin selama ini menahan diri untuk masuk ke instrumen SBN dalam negeri.

"Namun perkembangan ke depannya tetap harus mencermati kondisi perekonomian global juga," kata Ifan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×