kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cuan saham anyar melampaui IHSG


Senin, 11 Juni 2018 / 10:00 WIB
Cuan saham anyar melampaui IHSG


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setidaknya sudah ada 19 emiten anyar yang mencatatkan sahamnya (listing) di bursa tahun ini. Ternyata, bila Anda membeli seluruh saham emiten anyar saat IPO, Anda bisa memperoleh rata-rata return lebih tinggi ketimbang perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun.

Saham Dafam Property Indonesia (DFAM) mencetak kenaikan paling tinggi. Saham Sriwahana Adityakarta (SWAT) dan Steadfast Marine (KPAL) menyusul di belakangnya. Kedua emiten tersebut mulai memperdagangkan saham di bursa pada akhir pekan lalu (8/6).

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, tingginya return saham anyar tak lepas dari porsi pelepasan sahamnya saat initial public offering (IPO). "Jumlahnya relatif kecil," ujar Alfred, akhir pekan lalu (8/6).

DFAM melepas 25% saham saat IPO. Lalu SWAT dan KPAL masing-masing melepas 24% dan 35% saham. Selayaknya hukum ekonomi, suplai yang sedikit membuat harga barang melesat ketika muncul banyak permintaan. Kondisi inilah yang terjadi pada saham-saham tersebut.

Namun, bukan berarti kondisi seperti itu menunjukan fundamental emiten buruk. Alfred bilang, masing-masing perusahaan punya prospek yang baik, apalagi jika memiliki bisnis yang unik sehingga lebih mudah berkembang karena minim kompetitor.

Untuk trading

Cuma memang, saham dengan free float kecil lebih cocok buat trading. Sebab, untuk jangka panjang, belum tentu return yang didapat sama besarnya. Saham LCKM misalnya. Sebulan setelah IPO, saham ini mencetak return 12%. Tapi sekarang, return-nyakurang dari 1%.

Bila memperhitungkan fundamental, Alfred menyukai saham BRI Syariah (BRIS). Harga sahamnya tak terlalu fluktuatif dan fundamentalnya cukup menarik. Selain karena anak usaha Bank Rakyat Indonesia (BBRI), BRIS juga merupakan salah satu bank syariah dengan aset terbesar.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim, dalam riset 18 Mei mengatakan, dia masih netral dengan industri perbankan. "Itu karena adanya potensi penurunan penyaluran kredit di tahun ini," ujar Taye. Namun, dia masih bullish dengan saham induk BRIS, yakni saham BBRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×