kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CPO diprediksi oversupply 2030, Sampoerna Agro (SGRO) akan optimalkan penjualan


Senin, 22 Juli 2019 / 08:00 WIB
CPO diprediksi oversupply 2030, Sampoerna Agro (SGRO) akan optimalkan penjualan


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memperkirakan, minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) akan kelebihan pasokan (oversupply) pada 2030. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, produksi CPO Indonesia saat ini sebesar 44 juta ton-46 juta ton per tahun dari lahan seluas 14 juta hektare. Pada 2025, produksi CPO diperkirakan bisa mencapai 51,7 juta ton.

Oleh karena itu, menurut Hammam, perlu ada diversifikasi dalam penggunaan CPO. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan CPO untuk bahan bakar minyak (BBM). Melalui diversifikasi, permintaan akan bertambah dan harga CPO akan stabil.

Salah satu produsen CPO, yakni PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) belum berencana mendiversifikasi bisnisnya ke arah sana. Tahun ini, SGRO masih akan fokus untuk meningkatkan skala bisnisnya. Akan tetapi, Head of Investor Relations SGRO Michael Kesuma mengatakan, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk bergerak ke bisnis hilir CPO.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi oversupply CPO, Michael mengatakan SGRO akan fokus pada aspek penjualan ke pasar lokal sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Perusahaan ini juga akan melakukan efisiensi operasional untuk menjaga tingkat profitabilitasnya di tengah pelemahan harga CPO.

Sampoerna Agro juga sudah mendiversifikasi usaha sawit untuk mencapai produksi yang lebih seimbang secara wilayah antara Sumatra dan Kalimantan demi meminimalkan gejolak produksi bulanan. Sebelumnya, kontribusi produksi lahan Sumatra mencapai 90% sehingga jika wilayah tersebut mengalami siklus panen rendah, maka pengaruhnya terhadap produksi konsolidasian relatif besar. “Sekarang kontribusi wilayah Kalimantan sebagai penyeimbang sudah jauh lebih besar, yakni sekitar 30%,” ucap dia, Jumat (19/7).

Pada 2019, SGRO menargetkan pertumbuhan produksi CPO 5%-10% dari tahun lalu. Per 2018, SGRO mencatatkan produksi CPO mencapai 387.313 ton. SGRO juga sudah mendiversifikasi bisnis dengan menghasilkan jenis-jenis bahan mentah lainnya, seperti karet dan sagu.

Menurut Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, langkah pemerintah untuk mendorong diversifikasi CPO ke biodiesel menjadi langkah yang tepat untuk mengurangi kelebihan produksi CPO. Apalagi, ia melihat potensi biodiesel masih bagus. Alasannya, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil CPO terbesar di dunia.

Akan tetapi, ia mengakui bahwa biodiesel masih dalam tahap pengembangan. Kebijakan pemerintah untuk mendorong penggunaan biodiesel 20% (B20) memang baru berlaku September 2018 lalu. "Konsumen juga masih enggan untuk menggunakannya karena masih belum optimal," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×