kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CIMB Principal Bukareksa Pasar Uang targetkan return 5,5%-6,5%


Senin, 14 Mei 2018 / 21:09 WIB
CIMB Principal Bukareksa Pasar Uang targetkan return 5,5%-6,5%
ILUSTRASI. Gerai CIMB Principal Asset Management


Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berinvestasi pada instrumen reksadana semakin hari kian mudah. Kini, semakin banyak produk reksadana yang diperjualbelikan melalui situs e-commerce. Lantas, konsumen bisa berbelanja sekaligus menabung melalui platform e-commerce tersebut.

Salah satu reksadana yang khusus dijual melalui e-commerce adalah CIMB Principal Bukareksa Pasar Uang. Produk racikan manajer investasi PT CIMB Principal Asset Management ini sudah dipasarkan sejak 23 Desember 2016 dan ditujukan untuk pengguna e-commerce BukaLapak.

Ditilik dari kinerjanya, reksadana ini menawarkan imbal hasil yang cukup menarik. Berdasarkan data Infovesta Utama, per Jumat (11/5), reksadana CIMB Bukareksa Pasar Uang mencatatkan return sebesar 4,28% year-on-year (yoy). Pencapaian ini mengungguli kinerja rata-rata reksadana pasar uang yang tercermin dalam indeks Infovesta Money Market Fund yaitu sebesar 4,14% yoy.

Chief Investment Officer PT CIMB Principal Asset Management Priyanto Soedarsono menjelaskan, reksadana ini memang dibuat khusus untuk pengguna BukaLapak. "Target investor untuk reksadana ini adalah investor ritel," ujar Priyanto kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Untuk mengoptimalisasi imbal hasil, Priyanto merinci, reksadana ini mengandalkan instrumen obligasi korporasi. Komposisi penempatan dana saat ini meliputi obligasi 74,6%, deposito 19,9%, dan lain-lain 5,5%. "Porsi lain-lain adalah bunga kupon dari obligasi dan deposito, serta posisi dari kas. Porsi obligasi lebih besar untuk mencapai return yang optimal," paparnya.

Obligasi korporasi yang menjadi pilihan CIMB Principal semuanya dikategorikan investment grade dan separuhnya memiliki rating AAA. Lima obligasi yang menjadi pilihan utama, yaitu Obligasi Berkelanjutan II Adira Finance Tahap II Tahun 2013 Seri C, Obligasi Berkelanjutan I Jasa Marga Tahap I Tahun 2013 Seri S - Seri C, Obligasi Sub Berkelanjutan I Bank Bukopin Tahap I Tahun 2012, Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Indosat Tahap I 2017 Seri A, dan Obligasi Berkelanjutan I Toyota Astra Finansial Servis Tahap II 2015 Seri B.

Priyanto menjelaskan sektor yang mendominasi pilihan obligasi korporasi memang dari jasa keuangan, lantaran memiliki pasar paling besar sehingga cenderung lebih likuid. Sementara, untuk penempatan pada deposito, CIMB Principal mengincar tenor satu bulan.

Untuk itu, Priyanto tidak begitu khawatir kinerja reksadana ini akan terpengaruh sentimen kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat yang diproyeksikan terjadi bulan depan. "Reksadana ini menempatkan diri pada aset dengan tenor pendek, serta obligasi korporasi yang memiliki volatilitas rendah sehingga fleksibel untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga sewaktu-waktu," jelasnya.

Reksadana ini ditujukan bagi investor dengan kebutuhan jangka pendek dan profil risiko yang rendah. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 25.000 investor yang berinvestasi pada instrumen ini.

Priyanto menargetkan reksadana ini bisa meraih imbal hasil di kisaran 5,5%-6,5% di akhir tahun nanti. Ia juga optimistis dana kelolaan reksadana CIMB Bukareksa Pasar Uang akan bertumbuh hingga mencapai Rp 30 miliar di penghujung tahun ini. Akhir pekan lalu, reksadana ini telah mengelola dana sebesar Rp 15,08 miliar.

Meski hanya beredar khusus di satu platform e-commerce, tidak ada perbedaan berarti antara produk reksadana ini dengan reksadana pasar uang racikan CIMB Principal yang lainnya. "Perbedaan utama terdapat pada kemudahaan, di mana minimum investasi hanya Rp 10.000. Dengan begitu, reksadana ini dapat lebih dinikmati oleh banyak orang," kata Priyanto.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, menilai, produk reksadana khusus e-commerce ini terbilang cukup efektif menjangkau investor. "Biasanya, yang jadi target itu para penjual lapak. Daripada uang hasil jualan hanya diam di dompet virtual, lebih baik dimasukkan ke reksadana pasar uang," ujarnya, Senin (14/5).

Wawan berpendapat, manajer investasi (MI) cukup percaya diri untuk menempatkan sebagian besar dana pada obligasi korporasi ketimbang deposito, mengingat reksadana ini terdiri dari investor ritel. Menurutnya, investor ritel lebih mudah melakukan redemption, sehingga MI sebaiknya memilih instrumen yang lebih likuid seperti deposito. Sebaliknya, obligasi korporasi memiliki risiko default dan ketika terjadi redemption yang besar, MI harus siap melakukan penjualan unit penyertaan di bawah harga pasar.

"Tapi, mungkin MI sudah melihat karakteristik investornya dan mempelajari pola keluar masuknya," tutur Wawan. Ia memproyeksi, kinerja reksadana pasar uang masih berpeluang tumbuh hingga akhir tahun nanti. Terutama, jika Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan di kisaran 4,75% - 5%.

Wawan memprediksi, reksadana pasar uang mampu mencetak return 4% - 5% pada akhir 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×