kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China akan batasi impor batubara


Selasa, 21 Mei 2013 / 06:05 WIB
China akan batasi impor batubara
ILUSTRASI. Prediksi IHSG Selasa (7/12) rawan melemah, ini pilihan saham untuk trading


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina, Avanty Nurdiana | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Industri batubara nasional tak henti dirundung nestapa. Setelah terkapar akibat penurunan harga, cobaan lain kini datang berupa rancangan peraturan pemerintah China yang akan melarang impor batubara berkalori dibawah 4.500 kilo kalori per kilogram (kkal/kg) berbasis net-as-received (NAR). Jika dikonversi dalam basis gross-as-received (GAR), seperti yang umum digunakan di Indonesia, besarannya menjadi 4.800-5.000 kkal/kg GAR.

Mengutip IHS McCloskey, analis Mandiri Sekuritas Hermawan Koeswanto dalam risetnya (15/5) menulis, Biro Administrasi Energi Nasional China kabarnya sudah merilis draf aturan itu. Padahal, menurut dia, sekitar 20% batubara yang diekspor dari Indonesia memiliki kualitas di bawah 4.800 kkal/kg GAR.

Lantas apa dampaknya bagi emiten batubara Indonesia? Hermawan membaginya dalam tiga kategori. Pertama, yang akan terkena dampak negatif, yakni ADRO, INDY, KKGI dan ABMM. Kedua, yang memiliki efek netral, seperti PTBA, BRAU, dan BUMI. Ketiga, emiten yang mengeruk keuntungan dari aturan itu, semisal ITMG dan HRUM.

Errinto Pardede, Hubungan Investor ABMM mengakui, jika aturan itu berlaku akan mengganjal kinerja ABMM. Sebab, China menyerap 70% total penjualan batubara ABMM yang rata-rata berkalori 4.300 kkal/kg GAR.

Tahun ini, target produksi ABMM mencapai 5,5 juta-6 juta ton. "Sekitar 90% sudah terikat kontrak, yang mayoritas berasal dari trader-trader China," terang Errinto.

Untuk mereduksi dampak aturan itu, ABMM akan menggenjot pemasaran batubara ke negara lain seperti India, Thailand dan Filipina yang juga sudah menjadi pangsa pasar ABMM.

Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA menyatakan, aturan itu tidak berdampak pada PTBA. PTBA biasa mengekspor batubara ke China, yang dilakukan oleh anak usaha hasil patungan dengan Grup Rajawali, yakni PT International Prima Coal (IPC). "Kalori batubara IPC itu sekitar 5.300 kkal/kg GAR. Jadi aturan itu tidak berdampak bagi kami," tutur Joko.

Apalagi, sejak tahun lalu, PTBA memprioritaskan penambangan batubara berkalori tinggi, sekitar 6.300 kal/kg-6.500 kkal/kg GAR. "Margin batubara kalori tinggi lebih besar, karena biaya produksi sama," jelas Joko.

Reza Nugraha, analis MNC Securities menuturkan, selama ini memang baru China yang menyerap batubara kalori rendah dengan jumlah banyak. Aturan ini akan menguntungkan ITMG dan PTBA.

Ketika aturan ini berlaku, emiten itu setidaknya tidak perlu bersaing dengan prosuden batubara berkalori rendah. "Konsumen batubara kalori rendah juga terpaksa harus beralih membeli kalori tinggi," ungkap Reza.

Namun, Reza Priyambada, analis Trust Securities bilang, tak mudah bagi China langsung beralih mengimpor batubara berkalori tinggi. Sebab, ekonomi China saat ini sedang melambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×