kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cermat memilih obligasi korporasi


Selasa, 07 Agustus 2018 / 08:26 WIB
Cermat memilih obligasi korporasi
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja obligasi korporasi masih positif sepanjang tahun 2018 berjalan. Meski begitu, investasi pada instrumen ini masih menyimpan sejumlah risiko.

Kinerja investasi obligasi korporasi lebih baik ketimbang obligasi negara. Sejak awal tahun, investasi di obligasi korporasi masih memberikan untung rata-rata 0,45%, sebagaimana ditunjukkan oleh indeks INDOBeX Corporate Total Return. Di periode yang sama, investasi di obligasi negara rugi 3,87%.

Tapi, Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengigatkan, invesetor perlu mewaspadai risiko jumlah penerbitan obligasi korporasi yang berpotensi stagnan hingga akhir tahun. Ini dampak sentimen negatif yang menerpa pasar domestik, sehingga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang akan menerbitkan obligasi.

Alhasil, perusahaan mungkin akan menunda penerbitan obligasi sampai tingkat yield obligasi kembali normal dan kinerja keuangan membaik. Sekalipun ada perusahaan yang tetap menerbitkan obligasi, biasanya instrumen tersebut lebih ditujukan sebagai upaya refinancing atas obligasi yang akan jatuh tempo. "Kalau pasokannya kurang bisa berpengaruh terhadap permintaan dari sisi investor," kata Made, Senin (6/8).

Risiko rating

Made menambahkan, risiko penurunan peringkat utang juga tak boleh luput dari perhatian investor. Penurunan peringkat utang bisa terjadi jika kinerja perusahaan memburuk. Di samping itu, pendanaan melalui surat utang yang terlampau agresif tanpa disertai perbaikan kinerja juga bisa berdampak negatif bagi peringkat utang perusahaan.

Untuk itu, investor dituntut lebih selektif dan memahami rekam jejak perusahaan penerbit obligasi. "Ketika pasar sedang bergejolak, risiko penurunan kinerja meningkat, sehingga rating utang perusahaan terancam turun," papar Made.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar sepakat, investor perlu mengetahui rekam jejak emiten penerbit obligasi. Meski begitu,  ia menilai, peringkat utang bukan sesuatu yang sakral dan bisa menggambarkan secara utuh kondisi korporasi.

Menurut dia, peringkat utang hanya bersifat opini dari lembaga pemeringkat dengan argumentasi tertentu tanpa ada jaminan kebenarannya. Dengan begitu, investor tidak diwajibkan untuk percaya terhadap peringkat utang suatu perusahaan. "Peringkat utang hanya acuan dan investor tetap harus mempunyai perhitungan sendiri ketika berinvestasi," imbuh Anil, Senin (6/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×