kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa saham masih nihil IPO jumbo


Jumat, 13 Mei 2016 / 07:38 WIB
Bursa saham masih nihil IPO jumbo


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pasar modal seolah kehilangan daya tarik. Satu indikasinya, sejak awal tahun hingga kemarin (12/5), belum ada aksi penawaran umum perdana (IPO) yang menghimpun dana besar.

Hingga pertengahan Mei 2016, BEI baru kedatangan empat emiten baru. Mereka adalah PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) dengan nilai IPO sebesar Rp 78,79 miliar, PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA) senilai Rp 31,45 miliar, PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) yang sebesar Rp 31,85 miliar.

Terakhir, Bank Ganesha Tbk (BGTG) senilai Rp 553,34 miliar. Nilai total emisi IPO keempatnya hanya Rp 695,42 miliar. Meski demikian, pengurus Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis target IPO 35 emiten di tahun ini tercapai.

Adapun di sisa semester I 2016, BEI memproyeksikan kedatangan delapan emiten baru. Ini berarti di semester kedua BEI membidik 23 emiten baru.

Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, mengatakan, saat ini banyak perusahaan tertarik dan ingin menjadi perusahaan terbuka. Dia mengklaim, data terakhir menyebutkan jumlah emiten yang tertarik sudah mencapai 50 emiten.

Tentu pasar modal merupakan sarana bagi emiten mencari dana demi pengembangan bisnis. Dari pendatang baru tahun ini, belum terlihat emiten dengan nilai IPO jumbo masuk bursa saham Indonesia.

"Sebenarnya, pasar modal sangat menarik sebagai sarana fundraising khususnya IPO," ujar Tito.

Namun dia mengakui, proses IPO tidak mudah, ada banyak tahapan dan proses yang harus dipenuhi calon emiten. Sehingga tidak bisa diprediksi kapan waktu tepat bagi emiten untuk go public.

Yang jelas, BEI tidak akan merevisi target IPO pada tahun ini sebanyak 35 emiten. "Insya Allah target masih jalan, yang tengah diproses sudah memiliki penjamin emisi, yakni sebanyak 12 emiten," lanjut dia.

Christian Saortua, analis Minna Padi Investama, mengatakan, saat ini belum ada perusahaan IPO dengan nilai besar. Hal ini karena beberapa perusahaan cenderung menunda IPO akibat kondisi pasar belum kondusif. Jika dipaksakan go public, maka potensi tak terserap pasar masih cukup tinggi.

Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo mengatakan, dia melihat banyak emiten menahan rencana IPO lantaran kondisi pasar dan indeks saham masih stagnan di level 4.700-4.800.

Lucky menilai, target 35 emiten di bursa bisa tercapai jika melihat tren penambahan emiten pada akhir tahun. Apalagi beberapa sentimen positif akan muncul di akhir tahun, khususnya pada kuartal keempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×