kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa mulai stabil, taksi Express siap IPO


Senin, 30 Juli 2012 / 10:07 WIB
ILUSTRASI. Pendukung Austria usai laga Ukraina vs Austria Euro 2020 di National Arena Bucharest, Rumania, 21 Juni 2021. Daniel Mihailescu/Pool via REUTERS.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Edy Can

JAAKARTA. Minat initial public offering (IPO) emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak surut. Kendati volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tinggi, penawaran saham perdana sepanjang tahun ini cukup ramai.

Sejak Januari hingga Juli 2012, sudah ada 13 emiten baru di BEI dengan nilai IPO total Rp 5,79 triliun. Beberapa perusahaan memang memutuskan menunda IPO, namun sebagian lainnya tetap maju tahun ini. Satu di antaranya adalah PT Expressindo Transindo Utama, pengelola armada taksi Express.

Selain Express, PT Pelayaran Nelly Dwi Putra dan PT Provident Agro, satu perusahaan BUMN, dan anak usaha BUMN, juga berniat IPO pada semester II-2012. "Kondisi pasar lebih stabil di kuartal IV. Lebih cocok IPO saat itu," kata Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset Management, kemarin.

Menurut Stephen K. Sulistyo, Managing Director Business Development and Investment Rajawali Corpora, induk usaha Expressindo, rencana IPO di kuartal IV-2012 tetap berjalan. Porsi saham yang ditawarkan sekitar 20%.

Expressindo telah menunjuk Mandiri Sekuritas dan JP Morgan Indonesia sebagai penjamin emisi. Bukan cuma menyasar investor lokal, pemodal asing juga disasar sebagai pembeli saham IPO Expressindo. "Kami akan roadshow ke Singapura, Hong Kong, Eropa, dan Amerika," ujar Stephen.

David Santoso, Direktur Keuangan Expressindo, menambahkan, perseroan ini menargetkan dana Rp 800 miliar-Rp 900 miliar dari IPO. Dana itu digunakan untuk penambahan armada. Saat ini, armada taksi Express 7.000 unit, dan ditargetkan menjadi 8.000 unit hingga akhir tahun ini. "Pendapatan kami tahun lalu mencapai Rp 350 miliar," imbuh David.

Kiswoyo A. Joe, analis Askap Futures, menilai, bisnis taksi terbilang kompleks sehingga investor belum tentu meminati sahamnya. "Jika bensin naik, tarif ikut naik, konsumen bisa beralih. Itu tentu mempengaruhi kinerja perseroan," katanya.

Di BEI saat ini sudah ada saham perusahaan transportasi berbasis di Surabaya, PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA). "Perdagangan ZBRA tidak likuid," tandas Kiswoyo. Pada Jumat (27/7), harga ZBRA turun 0,81% menjadi Rp 122 per saham.

Penilaian Reza pun senada. Tanpa inovasi layanan konsumen yang bisa mengerek kinerja, akan sulit bagi Expressindo menarik minat para investor saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×