kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa AS terdorong saham-saham perbankan


Kamis, 29 Juni 2017 / 07:18 WIB
Bursa AS terdorong saham-saham perbankan


Sumber: CNBC | Editor: Sanny Cicilia

NEW YORK. Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup lebih tinggi pada perdagangan Rabu waktu setempat (28/6) pada dini hari tadi. Sektor keuangan yang naik 1,5%, memimpin penguatan bursa. 

Dow Jones Industrial Average melompat 140 poin, dengan Goldman Sachs berkontribusi poin terbesar pada perdagangan semalam. Sedangkan top gainers dipegang oleh Caterpillar yang naik 2,4%. 

Indeks S&P 500 ditutup dengan penguatan 0,88%, terdorong saham finansial yang terbang 1,54%. Ini merupakan kenaikan terbesar indeks S&P 500 dalam dua bulan terakhir. 

DJIA ditutup dengan penguatan 143 poin atau 0,68% menjadi 21.454,61. Indeks S&P 500 naik 21,31 poin atau 0,88% menjadi 2.440,69. Sedangkan indeks Nasdaq yang memperdagangkan saham-saham teknologi naik 1,43% atau 87,79 poin menjadi 6.234,41.

Sektor perbankan menguat setelah bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve meloloskan 34 bank dalam Dodd-Frank Act Stress Test. Tapi untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir, stress test The Fed tidak membidik rasio kecukupan perbankan lagi. 

Hasil yang menunjukkan kepercayaan diri terhadap kesehatan perbankan AS ini, diperkirakan analis, akan mendorong bank leluasa membayar dividen lebih besar pada pemegang saham, bahkan dengan dana cadangan setelah laba mereka naik di atas 100%. 

"Ini pertama kalinya bank di bawah US$ 250 miliar tidak perlu ikut tes kualitatif lagi. Tekanan ini akan memberikan fleksibilitas lebih besar pada perbankan untuk mengerahkan penggunaan modal," kata Marty Mosby, Direktur Strategi Bank dan Saham di Vining Sparks pada CNBC. 

Investor juga lega setelah Presiden bank sentral Eropa (ECB) Mario Draghi sehari sebelumnya memberi sinyal akan mempertahankan kebijakan moneter di tengah periode pelemahan inflasi, ketimbang melakukan pengetatan moneter. 

     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×