kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis pengiriman alat berat lesu, ini strategi Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC)


Rabu, 06 Februari 2019 / 18:52 WIB
Bisnis pengiriman alat berat lesu, ini strategi Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC)


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga batubara tentu akan mempengaruhi permintaan atas alat berat. Jika permintaan alat berat turun, maka bisnis jasa angkutan pengiriman juga ikut terimbas. 

Namun, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) sebagai perusahaan jasa angkutan pengiriman tidak banyak berdampak karena secara bisnis IPCC tidak terjun langsung pada industri pertambangan.

Direktur Keuangan IPCC Sugeng Mulyadi mengatakan, penurunan permintaan akan alat berat kemungkinan hanya berlaku pada produk baru. "Sementara untuk alat berat yang sewa, permintaan masih ada," paparnya kepada kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Sugeng menambahkan, tidak hanya aktivitas bongkar muat dan pengiriman alat berat baru yang di-handle IPCC, namun ada juga dalam bentuk sewa dengan mobilitas antar pulau dan internasional yang meliputi ekspor maupun impor. “Ini yang menambah throughput atau pengantaran cargo alat berat di IPCC," tambah Sugeng.

Ia memaparkan saat ini komposisi penjualan alat berat sekitar 37% terhadap pendapatan IPCC. "Dan untuk mengantisipasi penurunan permintaan alat berat, tahun ini kami bakal mendorong pertumbuhan ekspor mobil untuk meningkatkan kinerja IPCC. Komposisi persentasenya tentu akan berubah dan dengan sendirinya. Kontribusi dari alat berat tentu akan tergeser dengan pertumbuhan ekspor mobil. Tapi perubahan tidak terlalu mencolok karena ada kontribusi dari alat berat infranstruktur dan pengantaran alat berat bekas," kata dia. 

Namun, sayangnya ia tak mau memberikan rincian kenaikan kontribusi ekspor kendaraan penumpang bagi pendapatan IPCC.

Investor Relation IPCC Reza Priyambada menambahkan, upaya IPCC untuk menggenjot ekspor mobil sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menginginkan untuk dilakukan industrialisasi pabrikan otomotif di dalam negeri.

Merujuk pada data dari pengiriman mobil milik IPCC dari 2017 ke 2018, kinerja ekspor naik 13,46% dan impor turun 3,58%. “Penurunan tersebut karena ada penurunan pengangkutan impor dari sejumlah merek seperti Isuzu, Chevrolet, dan Mitsubishi. Sementara impor dari Honda dan Toyota masih tercatat ada peningkatan,” ujar Reza.

Reza bilang, untuk selanjutnya volume ekspor kendaraan IPCC diharapkan dapat meningkat hingga 18%-20% secara moderat. 
“Sementara untuk impor kemungkinan masih tercatat menurun. Kondisi ini dikarenakan sejumlah merek dagang telah melakukan fabrikasi di dalam negeri sehingga kebutuhan akan kendaraan penumpang telah dipenuhi dari dalam negeri,” lanjut dia.

Reza merinci, saat ini komposisi ekspor setiap segmen bisnis terhadap pendapatan IPCC meliputi 62,75% dari kendaraan penumpang. “Sedangkan dari kendaraan alat berat dan alat berat masing-masing berkontribusi sebesar 33,52% dan 3,72%. Jika ditotal maka mencapai 37%,” tambah dia.

Sementara untuk domestik, Reza bilang sebesar 52,61% diperoleh dari kendaraan penumpang, 42,68% dari alat berat dan 3,96% motor."Sisanya dari spare part dan lainnya,” imbuhnya.

Selain itu, Reza bilang tahun ini IPCC menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 25%-30%. Sedangkan laba bersih diharapkan tumbuh di kisaran 35%-40%. “Hal ini akan ditopang dengan meningkatnya pertumbuhan kendaraan ekspor di 2019 ini. Untuk target pertumbuhannya belum bisa dishare karena masih dihitung presentasenya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×